Tekat Riau Wujudkan Pembangunan Pariwisata Berbasis Budaya Melayu

Pekanbaru, Riau - Riau merupakan kebudayaan Melayu hal tersebut didukung oleh berbagai fakta kesejarahan. Di kawasan ini sampai sekarang hidup sejumlah suku asli (Sakai, Bonai, Akit, Hutan, Petalangan, Talang Mamak, Duano, dan lain-lain), dan masyarakat adat seperti rantau nan kurang oso duo puluo di Kuantan, masyarakat limo koto dan tigo baleh koto di Kampar, dan lain-lain.

Sejumlah peninggalan sejarah seperti candi dan artefak lainnya. yang ditemukan memberi petunjuk pula tentang kewujudan kebudayaan dan peradaban kuno di kawasan ini, mulai dari pra-sejarah hingga ke periode Hindu dan Budha.

Di pinggir empat sungai besar dan anak-anak sungainya yang membelah kawasan ini, selama berabad-abad pernah bertapak sejumlah kerajaan, seperti Gasib (kemudian Siak Sri Inderapura), Kampar (dan Pelalawan dan Gunung Sahilan), Rokan (dan Kunto Darussalam, Tambusai, Rambah, serta Kepenuhan), dan Kerajaan Keritang, Inderagiri, serta Kandis.

Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, kita akan ambil peluang di sektor wisata berbasis budaya. Salah satunya kita punya Istana Siak, dan masih banyak lainnya. Untuk mengangkat pariwisata berbasis budaya ini, bukanlah hal yang mudah, diperlukan kerja sama yang solid dari berbagai kalangan, baik para pemikir, budaya, akademisi, budayawan, seniman dan masyarakat, sehingga basis ini semakin kuat. Selain itu mempromosikan aktivitas budaya di tanah ini harus genjar dilakukan.

Melihat kenyataan inilah, Pemrov Riau akan melakukan promosi terus menerus. Andi Racman menyadari Riau memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata, hanya saja untuk mengangkatnya perlu gencar dilakukan pemasaran. Masih banyak wisata-wisata Riau yang belum dikenal masyarakat luas karena kurangnya promosi.

"Kita harus optimis. Wisata kita tidak kalah dengan negara lainnya. Riau memiliki keunggulan di sektor pariwisata berbasis kebudayaan. Kita hanya perlu memasarkannya," terangnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts