Yogyakarta - Nilai artistik bambu divisualisasikan oleh seniman Andi Ramdani dalam karyanya yang ditampilkan pada pameran seni rupa bertajuk "Bambuisme" di Taman Budaya Yogyakarta.
"Bagi saya, bambu tidak sekadar tumbuhan atau bahan yang memiliki nilai fungsional, tetapi juga sangat lekat dengan nilai artistik sekaligus bermakna filosofis," kata Andi di sela pameran `Bambuisme`, Senin.
Menurut dia, dalam pameran tersebut dirinya mencoba mengembalikan kenangan indah melalui 35 karya seni rupa yang terdiri atas lukisan dan instalasi dengan mengangkat tema utama bambu.
"Hal itu berawal dari kegelisahan saya tentang masa kecil di Tasikmalaya. Selanjutnya, saya mencoba untuk memvisualisasikannya dalam pameran seni rupa `Bambuisme` yang berlangsung hingga 30 April 2010," katanya.
Ia mengatakan semua karya membawa dirinya pada memori sewaktu kecil dulu. Berbagai macam mainan dari bambu seperti egrang, bebedilan, angsretan, rakit, obor, meriam-meriaman, kokoprak, angklung, suling, dan gasing adalah teman keseharian.
"Selain memvisualisasikan sejumlah permainan tradisional, saya juga menampilkan bahan bambu sebagai media untuk penciptaan tokoh binatang, seperti kambing, anjing, sapi, kijang, dan banteng dalam sejumlah karya," katanya.
Menurut seniman lulusan Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini, yang juga menarik dalam pameran itu adalah karya tiga dimensi yang merupakan karya yang dibuat secara mendadak.
"Sebagian besar karya tiga dimensi merupakan karya mendadak, karena setelah proses `display` tempat pameran, ternyata banyak ruang yang kosong. Jadi, saya isi dengan karya patung dan instalasi," katanya. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com
"Bagi saya, bambu tidak sekadar tumbuhan atau bahan yang memiliki nilai fungsional, tetapi juga sangat lekat dengan nilai artistik sekaligus bermakna filosofis," kata Andi di sela pameran `Bambuisme`, Senin.
Menurut dia, dalam pameran tersebut dirinya mencoba mengembalikan kenangan indah melalui 35 karya seni rupa yang terdiri atas lukisan dan instalasi dengan mengangkat tema utama bambu.
"Hal itu berawal dari kegelisahan saya tentang masa kecil di Tasikmalaya. Selanjutnya, saya mencoba untuk memvisualisasikannya dalam pameran seni rupa `Bambuisme` yang berlangsung hingga 30 April 2010," katanya.
Ia mengatakan semua karya membawa dirinya pada memori sewaktu kecil dulu. Berbagai macam mainan dari bambu seperti egrang, bebedilan, angsretan, rakit, obor, meriam-meriaman, kokoprak, angklung, suling, dan gasing adalah teman keseharian.
"Selain memvisualisasikan sejumlah permainan tradisional, saya juga menampilkan bahan bambu sebagai media untuk penciptaan tokoh binatang, seperti kambing, anjing, sapi, kijang, dan banteng dalam sejumlah karya," katanya.
Menurut seniman lulusan Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini, yang juga menarik dalam pameran itu adalah karya tiga dimensi yang merupakan karya yang dibuat secara mendadak.
"Sebagian besar karya tiga dimensi merupakan karya mendadak, karena setelah proses `display` tempat pameran, ternyata banyak ruang yang kosong. Jadi, saya isi dengan karya patung dan instalasi," katanya. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com