Bantul, Yogyakarta - Mencari makanan eksotis dengan cita rasa nan tak terlupakan tidaklah sulit jika Anda berkunjung ke Yogyakarta. Warung bakmi dengan sederet nama terkenal, restoran dengan sajian memukau ada di hampir setiap tikungan jalan, bahkan hingga ke pelosok kampung pun banyak ditemukan. Mereka berlomba menggugah selera tetamunya. Salah satunya yakni Waroeng Dhahar Pulosegaran di Dusun Tembi, Jl Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Di sini, tamu bisa menikmati kuliner eksotis dan unik yang hanya satu-satunya di Kota Yogyakarta sambil memandang hamparan sawah dan pepohonan Desa Tembi yang menghijau di kejauhan.
Tembi sendiri sekarang merupakan sebuah ikon produk budaya yang terletak di selatan kota Yogyakarta. Rumah Budaya Tembi adalah sebuah usaha panjang proses perwujudan desa budaya berbasis lingkungan yang didirikan di Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rumah Budaya Tembi mempunyai fasilitas akomodasi bernuansa pedesaan yang merupakan sebuah usaha konservasi dari rumah limasan Jawa yang ada di pedesaan. Juga ada sarana lainnya, seperti pendapa, museum, galeri, rumah penginapan, kolam renang, dan warung dahar yang dilengkapi dengan hotspot internet. “Masa Lalu Selalu Aktual”, menjadi visi Rumah Budaya Tembi yang menempatkan sejarah sebagai dasar pijakan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan. Sejarah sebagai pengalaman dalam proses “menjadi” dan bukan sekadar “masa lalu” yang statis.
Yogyakarta yang dikenal sebagai kota dengan aneka produk budaya juga terkenal dengan aneka ragam jenis makanannya yang khas. Khas karena makanan tersebut hanya berada atau berasal dari daerah ini. Kalau kebetulan sedang di Yogya, pastilah mengenal jalan Parangtritis. Pada jalan ini dalam jarak tempuh 8,5 km ada Rumah Budaya Tembi, yang di dalamnya terdapat Waroeng Dhahar Pulo Segaran. Kalau ditulis lengkap jalannya, Rumah Budaya Tembi, Jl Parangtritis Km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Di Waroeng Dhahar Pulo Segaran ini memang tidak hanya disediakan jenis menu `tradisional`, yang cukup aneh, bahkan bisa membuat orang berkerut kening ketika mendengar. Misalnya, ada jenis menu daging bajing (tupai) yang disajikan dalam bentuk sup. Pendeknya, sup bajing (tupai). Namun, bagi orang yang mengenal dan sering berburu bajing sampai ke desa-desa, akan bergumam: ini dia! Selain itu, sesungguhnya ada juga daging tupai goreng atau bajing goreng. Menu-menu langka seperti ini memberikan nuansa etnik dan seperti kembali ke `masa laloe`.
Di Yogya memang ada beragam jenis warung dan restoran yang menyajikan menu dari beragam lokal. Pulo Segaran, tampaknya hendak melakukan eksplorasi pada menu-menu yang `dilupakan`, atau mungkin, menu yang `kurang lazim` untuk restoran. Atau sesungguhnya, bisa pula dimengerti, menu di `Pulo Segaran` adalah upaya untuk mengenali kultur lokal pada masa lalu, yang ditapaki pada makanan. Karena, dari makanan, orang bisa mengenali jenis kultur satu masyarakat tertentu.
Misalnya saja menu “Pepes Tawes Kali Opak” yang sangat lunak. Membuka bungkusan daun pisang, sebagai ciri khas dari menu pepes, dengan segera lidah akan meminta untuk mengecapnya. Menu `Pepes Tawes Kali Opak`, satu porsi, termasuk sepiring nasi hanya seharga Rp 9.000. Akan lebih terasa nendang lagi rasanya, jika dalam menikmati pepes tersebut, disertai teh poci, atau jenis minuman Jawa lainnya, misalnya `wedang secang` atau `wedang uwuh`. Menu `Pepes Tawes Kali Opak` ini mengambil formula bumbu yang sama. Artinya khas bumbu pepes. Hanya yang tersedia dibungkusan daun pisang yang telah dimasak pepes, terdapat ikan tawes. Ketika menikmatinya: `Rasanya Nendang`
Bagi orang yang tidak suka pedas, `Pepes Tawes Kali Opak` tetap bisa dinikmati. Karena, meski memakai cabai, tetapi tidak membawa rasa pedas. Kalau memerlukan rasa pedas, tinggal ditambahi sambal terasi, atau sambal tomat. Lengkap, rasa pedasnya. Lalu, sambil menyuruput teh poci: seperti kembali ke masa lalu.
Bagaimana dengan oseng emprit dan gulai angsa? Rasanya, orang sudah mengenal dan mudah mencari daging kambing dan daging sapi. Atau juga ayam goreng maupun bebek goreng. Namun mungkin, jarang menemukan daging angsa atau dalam bahasa Jawa disebut banyak. Di Waroeng Dhahar Pulo Segaran, tersedia menu daging banyak, baik yang dimasak gule maupun goreng. Tamu tinggal pesan `gule banyak` atau `goreng banyak`.
Kuah `gule banyak` memberikan rasa setiap kali menikmati. Dagingnya pun empuk sehingga tidak repot mengunyahnya. Daging goreng banyak, hampir tidak beda dengan daging goreng bebek. Mungkin orang sulit membedakannya. Sambal terasi yang menyertai daging goreng banyak memberikan rasa tersendiri dari menu makanan `goreng banyak`. Harga satu porsi termasuk murah. Dengan hanya Rp 12.600, Anda sudah bisa mendapatkan `gule banyak` atau `goreng banyak` dan itu pun sudah termasuk sepiring nasi.
Bagi kaum muda, apalagi remaja yang `tidak mengenal` menu etnik, karena terbiasa dengan menu global, Ada baiknya mencoba di Waroeng Dhahar Pulo Segaran agar mengenali `masa laloe` untuk memahami kekinian. Dari menu makanan, hal seperti itu bisa ditempuh. Waroeng Dhahar Pulo Segaran pun adalah start untuk menempuhnya.
Burung pipit yang dalam bahasa Jawa disebut emprit, tak lebih merupakan burung yang menjadi hama petani. Bentuknya kecil mungil. Apakah ada dagingnya? Tentu tidak cukup seekor dua ekor untuk bisa menikmati menu satu ini. Perlu berekor-ekor emprit, baru kita bisa merasakan cita rasanya yang eksotis.
Sumber: http://travel.kompas.com 18 Juni 2009