Aceh Perlu Bentuk Forum Komunikasi Industri Pariwisata

Banda Aceh - Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) perlu menggagas pembentukan forum komunikasi industri pariwisata sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam memajukan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja di wilayah tersebut.

"Kita berharap lembaga tersebut sebagai penanggung jawab dalam percepatan pembangunan industri pariwisata di Aceh selain Dinas Pariwisata dan Kebudayaan daerah ini," kata Ketua DPD Asosiasi agen perjalanan Indonesia (Asita) Provinsi NAD HM Dahlan Sulaiman, di Banda Aceh, Kamis.

Berbicara pada seminar series yang diselenggarakan World Bank di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam Banda Aceh, ia menjelaskan pemerintah juga perlu menerbitkan regulasi yang kondusif untuk menciptakan debirokratisasi memihak kepada pelaku bisnis bidang pariwisata.

"Keberpihakan pemerintah kepada pelaku bisnis pariwisata, terutama untuk kepengurusan izin usaha, pembangunan objek wisata dan kerjasama itu penting sebagai upaya memajukan industri pariwisata di Aceh," tambahnya.

Selanjutnya, perlu penetapan agenda kunjungan wisata Aceh dengan berbagai pergelaran seni dan event festival budaya yang dikemas dalam "visit Aceh year 2008". Aceh juga perlu menggelar kegiatan bersifat nasional dan internasional untuk menarik minat kunjungan ke provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Dahlan menambahkan untuk menarik minat kunjungan wisatawan ke Aceh, maka Pemerintah juga perlu mengalokasikan dana (APBD) maksimal untuk membangun infrastruktur dan objek wisata potensial di daerah berjuluk "Serambi Mekah" ini.

"Tidak kalah penting juga gencarnya promosi potensi pariwisata melalui publikasi baik lewat media cetak dan elektronik maupun `dunia maya` (internet)," tambah Ketua DPD Asita.

Dijelaskan, Provinsi NAD memiliki potensi besar dan ragam wisata serta keunikan tersendiri dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Sejumlah potensi wisata yang memiliki nilai jual tinggi seperti "taman laut" Pulau Rubiah di Kota Sabang, Pulau Weh.

Kemudian kawasan ekosistem Leuser di Aceh Tenggara, Danau Lot Tawar di Aceh Tengah, Danau "Paris" Aceh Singkil. "Semua objek wisata tersebut merupakan kekayaan alam yang cukup indah dan dapat menarik minat kunjungan wisatawan," tambah Dahlan.

Aceh juga memiliki kekayaan budaya peninggalan sejarah, antara lain objek "Gunongan, Pinto Khop, Masjid Raya Baiturrahman, Makam Sultan Iskandar Muda serta makam para raja-raja di Kota Banda Aceh.

Di Aceh Besar, para wisatawan juga dapat menikmati keindahan pesisir putih di pantai Lhoknga, selain peninggalan sejarah seperti Benteng Inoeng Balee dan objek wisata di daerah tsunami.

"Semuanya itu menjadi potensi besar, apalagi ditunjang kelengakapan infrastruktur pendukung lainnya," ujar salah seorang warga Aceh Besar, Baharuddin.

Sumber: www.mediaindonesia.com (25 April 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts