Batik Khas Kebumen Mulai Dikenal Luas

Kebumen - Dua perancang busana kondang kini mulai memberikan kepercayaan kepada para perajin batik di Dukuh Lengkong, Desa Jemur, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, untuk menggarap batik di atas kain sutera dengan motif batik khas Kebumen. Kepercayaan itu diharapkan oleh perajin bisa semakin membuka jalan bagi peningkatan kesejahteraan mereka dan lebih mempopulerkan batik Kebumen ke dunia luar.

Salah satu ketua kelompok perajin batik Dukuh Lengkong, Sri Wahyuni (30), mengungkapkan tahun 2007 lalu seorang perancang busana asal Yogyakarta memberikan kepercayaan kepada para anggota kelompoknya untuk menggarap kain batik dengan motif khas Kebumenan di atas kain sutera dengan sistem pemberian order secara rutin setiap bulannya. Kelompoknya kembali mendapatkan order serupa dari seorang perancang kondang ibu kota. Perancang tersebut didampingi Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Seni dan Budaya (Disparsenibud) Kebumen Drs Herry Setyanto dan seorang pengurus Trah Arumbinang di Jakarta.

“Setelah pada bulan Februari lalu beliau melakukan survai ke kelompok kami, Jumat malam (7/3) beliau datang lagi dengan membawa puluhan potong kain sutera untuk kami garap dengan sejumlah motif seperti jagatan, pisang bali, lebagan, kawung jenggot dan burung merak,”ungkap Ketua Kelompok `Mawar` Sri Wahyuni.

Ada hal yang juga menggembirakan perajin, selain menerima pesanan dari perancang kondang tersebut, 40 perajin Dukuh Lengkong juga menerima bantuan uang tunai dari pengurus Trah Arumbinang di Jakarta Rp 250 ribu per orang. Pemberian bantuan tersebut sebagai bentuk kepedulian Trah Arumbinang terhadap kesetiaan perajin batik Lengkong melestarikan batik tulis khas Kebumen.

Bagi para perajin Lengkong kepedulian itu sangat berarti, mengingat mereka sudah berjuang untuk berbenah diri meningkatkan kemampuan sejak tahun 2004 lalu. Selain mendapatkan bimbingan rutin dalam hal desain dan pewarnaan oleh sebuah LSM yang peduli terhadap batik Kebumen, perajin batik Lengkong setiap tahunnya mengikuti pelatihan yang diselenggarakan instansi terkait di Kebumen, studi banding ke sentra industri batik di Pekalongan dan Solo, mengikuti berbagai pameran di Jakarta, Semarang dan Yogyakarta serta menjuarai lomba desain batik se-Kabupaten Kebumen tahun 2005 lalu.

“Sebelum tahun 2004 kami hanya bertahan dengan pembuatan kain jarit dengan keuntungan minim. Setelah mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, kami mulai bisa menghasilkan batik tulis dengan desain untuk berbagai keperluan dan di atas berbagai jenis kain, dengan penghasilan yang jauh lebih memadai dibandingkan dulu,” ujar Sri Wahyuni.

Sumber: www.kr.co.id (13 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts