Oleh: Ami Herman
Indonesia, sebagai negara maritim (sekitar 75 persen wilayahnya adalah laut) dengan 17 ribu pulau, berpotensi sebagai salah satu negara tujuan atau destinasi wisata bahari kelas dunia. "Indonesia kini menuju destinasi wisata bahari kelas dunia," kata Roby Ardiwidjaja, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Indonesia dilihat dari kondisi wilayahnya merupakan negeri maritim yang memiliki ciri khas keanekaragaman alam, flora dan fauna, serta tanaman laut yang tersebar di seluruh wilayahnya.
Potensi maritim ini yang bisa dijual dan prospeknya besar sekali, mengingat saat ini wisatawan cenderung menginginkan sesuatu yang alami dan unik. "Peluang ini semakin diperkuat dengan perubahan paradigma pariwisata internasional yang mengarah pada minat khusus, termasuk wisata bahari," ujarnya.
Potensi wisata bahari Indonesia yang ditawarkan untuk dikelola secara profesional selama ini antara lain taman nasional laut, taman wisata laut, suaka alam laut, suaka margasatwa laut, dan situs peninggalan budaya bawah air tersebar di wilayah seluas 5,6 juta hektare. "Pengembangan wisata bahari pada dasarnya berdampak pada tercapainya pemerataan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan untuk masyarakat," katanya.
Saat ini upaya Indonesia sebagai tujuan wisata bahari dunia terus digencarkan, di antaranya melalui pameran Asia Dive Expo (Adex) di Singapura pada 18-20 April 2008. Sebelumnya, selama 28-30 Maret lalu telah pula digelar pameran internasional bertema "Selam, Wisata Petualangan Bahari, dan Olahraga Air" di Jakarta Convention Center (JCC). Dalam pameran bertajuk Deep Indonesia 2008 dan diikuti lebih dari 75 peserta yang berasal dari dalam dan luar negeri itu ditampilkan beragam destinasi wisata selam dari seluruh Indonesia dan negara tetangga, perlengkapan selam, perlengkapan olahraga air, dan aksesoris serta tujuan-tujuan wisata bahari dari seluruh Indonesia. Pameran itu juga diikuti oleh beberapa media internasional dari kawasan Asia, Eropa, Australia, dan Amerika Serikat.
"Dalam pameran itu pengunjung juga bisa menghadiri berbagai seminar, workshop, dan kursus fotografi bawah air. Sekolah-sekolah khusus yang mencetak penyelam andal juga banyak memperlihatkan partisipasinya di pameran ini," ujar Didien Junaedy, Sekjen Gahawisri (Gabungan Pengusaha Wisata Bahari) yang ikut mensponsori pameran Deep Indonesia 2008.
Didien juga menyebutkan beberapa hal menarik perhatian pengunjung dalam pameran Deep Indonesia 2008, di antaranya seminar mengenai potensi wisata bahari dari Wakatobi, Halmahera, dan Raja Ampat. "Ketiga daerah itu kini gencar mempromosikan daya tarik wisata baharinya. Tapi tokoh yang berjasa mengembangkan potensi wisata bahari daerah itu justru orang asing, bukan pengusaha daerah," ujar Didien Junaedy.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi Hasirun Ady membenarkan bahwa majunya usaha kepariwisataan bahari di daerahnya berkat keseriusan Lorenz Maeder, pengusaha asal Swiss yang sukses menjadikan sebuah pulau batu karang di dekat Pulau Tomia, Wakatobi, menjadi Wakatobi Dive Resort yang tak pernah sepi dikunjungi wisman.
Lorenz juga membangun Bandar Udara Marongge dan menyiapkan beberapa kapal pesiar yang menghubungkan Pulau Tomia dengan Wakatobi Dive Resort. "Melalui bandara itulah wisman dari Eropa dan Amerika Serikat berdatangan ke Wakatobi Dive Resort. Kini, Pemda Wakatobi terilhami dengan usaha Lorenz. Pemda membangun beberapa resor agar tahun depan Wakatobi siap menggelar tahun kunjungan Wakatobi," ujar Hasirun.
Pemkab Halmahera Utara, seperti diutarakan bupatinya, Ir Hein Namotemo, juga akan gencar mempromosikan potensi wisata baharinya hingga ke pasar wisata dunia. "Halmahera punya banyak daya tarik yang jauh lebih indah dibandingkan Wakatobi. Halmahera memiliki 4 bandar udara dan sejumlah daerah unik bekas perang dunia kedua. Belum lagi spesies baru ikan laut yang tidak ditemukan di perairan lain," ujar Bupati Halmahera Utara, yang juga dibenarkan pakar wisata bahari Des Alwi. "Halmahera perlu promosi gencar dan ajakan kepada investor agar mau menanamkan investasinya di bidang transportasi. Saat ini untuk mengunjungi Halmahera dari Jakarta butuh waktu empat jam. Mungkin jarak itu bisa diperpendek supaya wisatawan bisa datang lebih banyak ke Halmahera Utara," ujar Des Alwi.
Sumber: www.suarakarya-online.com (22 April 2008)