Singapura - Sungguh tidak berlebihan jika saatnya nanti Singapura kebanjiran wisatawan dari berbagai belahan dunia. Mereka datang bukan sekadar belanja atau menikmati kenyamanan keindahan negara pulau, tetapi bahkan lebih dari itu.
Singapura menargetkan pada tahun 2015 sebanyak 17 juta wisatawan berkunjung dari berbagai belahan dunia. Ini merupakan angka yang fantastis mengingat jumlah penduduk di negara itu sekitar 4,4 juta orang.
Target itu didukung oleh sekian banyak perwakilan pemerintah atau pengusaha setempat yang ikut berpartisipasi mendukung program peningkatan kunjungan wisata. Perspektif Singapura melalui meeting, incentives, conventions, and exhibition (MICE), diharapkan berbagai kegiatan tersebut bisa mendatangkan devisa lebih besar. Bahkan, bila perlu, pusat bisnis dunia diharapkan bisa berpaling ke negara itu.
Untuk itu, semua sarana dan prasarana sudah tersedia, bahkan ada yang masih dalam tahap finalisasi. Antara lain, ada tempat untuk penyelenggaraan pertemuan, seminar, taman wisata pantai dan laut, tempat hunian, pusat perbelanjaan, dan pusat jajanan.
Ini tidak hanya terdapat pada satu kawasan, tetapi terdapat di beberapa kawasan, seperti di Resort World at Sentosa dan Marina Bay Sands. Mereka bersaing pada bisnis yang sama untuk meraih lebih banyak lagi pelancong dari mancanegara agar bisa lebih lama tinggal di sana.
Selain itu, kedua perusahaan jasa tersebut juga menyiapkan tempat perjudian atau kasino yang nantinya akan menyerupai Las Vegas, Amerika Serikat. Kasino di Marina dan Sentosa akan dibuka dua tahun mendatang. ”Kami bukan pesaing, tetapi mitra dalam berbisnis sehingga akan saling melengkapi satu sama lain,” kata Wakil Direktur Komunikasi Resort World at Sentosa Robin Goh.
Untuk melengkapi lokasi wisata agar para pengunjung betah berlama-lama sambil membelanjakan uangnya, telah dibangun flyer atau roda raksasa dilengkapi kapsul untuk penumpang. Garis tengah flyer itu sekitar 150 meter atau dengan puncak ketinggian dari tanah 165 meter.
Ada 28 kapsul yang setiap kapsulnya mampu mengangkut 28 penumpang dengan lama putaran sekitar 30 menit. Penumpang flyer dapat menikmati pemandangan kota Singapura dari ketinggian 165 meter. ”Penumpang di puncak ketinggian bisa melihat Indonesia dan Malaysia,” kata Manajer Pemasaran Adval Group Charles Wong.
Selama ini sudah banyak pertanyaan dari orang Indonesia yang pernah datang ke sana. ”Mereka menanyakan kapan dibuka, tolong diberi tahu,” kata Charles. Selain itu, lokasi wisata yang juga banyak dikunjungi wisatawan antara lain Clarke Quay kawasan dekat River Singapore, Museum Nasional, Night Safari, The Arts House, Botani Garden.
Pada tahun 2004, wisatawan yang berkunjung ke Singapura mencapai 8 juta orang dan memberi devisa 10 miliar dollar Singapura atau memberi kontribusi 3 persen kepada gross domestic product (GDP). Maka, pada tahun 2015, Singapura menargetkan wisatawan 17 juta orang.
Untuk itu, devisa yang diterima diperkirakan 30 miliar dollar Singapura atau memberi kontribusi 5–6 persen kepada GDP. Pencapaian target itu bukan isapan jempol, tetapi direncanakan sedemikian rupa dengan berbagai fasilitas yang tersedia maupun yang akan dipersiapkan.
Singapura yang luas wilayahnya saat ini 692,7 kilometer mungkin akan lebih luas lagi setelah terjadi reklamasi besar-besaran dengan mendatangkan pasir dari Indonesia.
Indonesia pasar terbesar
Orang Indonesia merupakan pengunjung terbesar yang menikmati Singapura, baik untuk wisata maupun kegiatan bisnis. Tak heran, data Singapore Tourism Board (STB) menunjukkan Indonesia sebagai pasar terbesar bagi pariwisata Singapura. Pada Oktober lalu, misalnya, Singapura menerima kunjungan wisata atau kunjungan pelaku bisnis dari berbagai belahan dunia sebanyak 911.000 orang.
Dari jumlah itu, pengunjung asal Indonesia menempati peringkat pertama dari 15 negara, yakni 215.000 pengunjung. Kunjungan paling banyak terjadi justru pada hari raya dan hari libur, yakni 10–19 Oktober 2007. Posisi wisatawan kedua berasal dari China dengan 84.000 pengunjung, India 60.000 orang, dan Malaysia 58.000 orang.
”Negara-negara itu tercatat paling banyak warganya yang datang kemari, yakni 54 persen dari total orang yang berkunjung ke Singapura pada Oktober lalu,” kata Wakil Direktur Perjalanan Bisnis MICE dan Pelayanan Komunikasi Departemen Divisi Komunikasi STB Angelina Kim Kya TAN. Untuk menarik wisatawan mancanegara lebih banyak lagi, STB menancapkan sejumlah perwakilan di berbagai belahan dunia, antara lain Indonesia, Jerman, Amerika Serikat, India, Malaysia, China, Jepang, Australia, dan Afrika.
Memang belum tercatat berapa banyak uang orang Indonesia yang dibelanjakan di Singapura, tetapi jika kalkulasi rata-rata setiap orang membelanjakan sedikitnya Rp 10 juta, maka pada bulan Oktober saja uang orang Indonesia yang mengalir ke Singapura Rp 2,15 triliun.
Kunjungan orang Indonesia ke Singapura sepertinya tidak akan berhenti. Seorang kenalan dari Indonesia datang ke Singapura hanya untuk memenuhi undangan rapat perusahaan. Sebagai perwakilan dari perusahaan obat-obatan yang pabriknya ada di Jerman, semua perwakilan perusahaan itu di sejumlah negara diminta datang ke Singapura.
Seorang staf pengajar pada Fakultas Sastra Universitas Jember sedang merencanakan berkunjung ke Singapura untuk menghadiri sebuah seminar pada salah satu gedung pertemuan di sana. Memang, di negeri pulau itu ada banyak tempat yang bisa dipakai untuk berbagai kegiatan, seperti pertunjukan seni, opera, konser, seminar, pertemuan bisnis, dan ekshibisi. Contohnya, Suntec Singapore International Convention & Exhibition Center yang menampung sekitar 12.000 delegasi.
Bahkan, banyaknya kunjungan orang Indonesia ke Singapura bukan hanya untuk wisata, bisnis, atau seminar, tetapi juga berburu properti. Sekitar 33,3 persen properti permukiman di Singapura berupa apartemen atau rumah bandar (town house) dibeli orang Indonesia pada tahun 2006.
Ada sekitar 3.000 apartemen di Singapura pada tahun lalu dibeli orang Indonesia. Colliers International Singapore Research pada Januari 2007 menyajikan data, tahun lalu dibangun 11.520 apartemen dan pengembang menjual sekitar 9.000 apartemen. (Syamsul Hadi)
Sumber: www.kompas.com (31 Maret 2008)