Wisata laut Raja Ampat tumbuh 16%

Waisai, Papua - Pertumbuhan pariwisata alam berbasis kelautan di Raja Ampat, Papua Barat dalam satu tahun terakhir mencapai kisaran 16% dengan jumlah kunjungan wisatawan sekitar 6.000 orang.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Yusdi Lamatenggo mengungkapkan pertumbuhan kunjungan wisata kawasan yang dikenal sebagai salah satu resor penyelaman kelas dunia justru didorong oleh peningkatan wisatawan domestik.

"2009, penyelam domestik hanya sekitar 400 orang. Tahun lalu naik jadi 800 orang. Total kunjungan tahun lalu sekitar 6.000 orang," katanya kepada Bisnis pagi ini.

Raja Ampat merupakan kawasan konservasi laut yang menjadi salah satu destinasi wisata bagi penyelam. Kabupaten kepulauan yang beribukota di Waisai, Pulau Waigeo ini berada di barat Papua sekitar 2 jam dari Sorong.

Yusdi menyebutkan pertumbuhan pariwisata dipicu keterbukaan akses dan akomodasi, meski hingga kini lebih banyak dikuasai oleh operator resor dan selam asing asal Eropa.

"Land base resor yang pertama memang punya Max Amer [asal Belanda] di Pulau Kri. Ada juga sekarang dari Perancis dan Swiss. Satu pengusaha lokal baru saja buka di sini yang dioperasikan dari Bali."

Pemerintah daerah setempat, lanjutnya, mengembangkan kawasan wisata melalui promosi, a.l. penerbitan buku, termasuk Raja Ampat Dive Guide, situs, dan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti salah satu NGO, Conservation International (CI).

Yusdi menambahkan Kementerian Koperasi dan UKM juga akan memberikan bantuan berupa pengembangan kawasan wisata berbasis kemasyarakat dalam bentuk pembangunan resor dan pemberian kapal wisata (cruise).

Sayangnya, dia mengungkapkan aktivitas pertambangan di salah satu pulau di Raja Ampat dikhawatirkan menyumbang kerusakan di kepulauan tersebut.

Di Pulau Kawei, barat Raja Ampat memang diketahui menjadi areal pertambangan nikel yang saat ini menjadi sengketa dua perusahaan.

"Kalau dari sudut pandang pariwisata, sebenarnya dari awal ini tidak bagus. Kawei ini open pit [tambang terbuka]. Ini bisa menjadi sedimentasi karena terbawa arus dari Samudera Pasifik."

Areal tambang ini tidak jauh dari Pulau Wayag yang menjadi icon Raja Ampat dengan tebing-tebing kapur yang tinggi. Di sekitar pulau tersebut juga terdapat beberapa dive site yang menjadi tujuan penyelaman.

Sengketa tambang di Kawei saat ini masih berlanjut sehingga aktivitas penambangan belum dilanjutkan. Tambang nikel ini telah dilakukan sejak 2004 pada awal pemekaran daerah Kabupaten Raja Ampat.

Persoalan tumpang tindih perizinan diduga menjadi inti persoalan sengketa tambang yang dikelola sejak awal oleh PT Kawei Sejahtera Mining, yang sempat dituduh melakukan penambangan ilegal meski akhirnya terbukti tidak bersalah sesuai keputusan Mahkamah Agung.

-

Arsip Blog

Recent Posts