Cing-Cing Goling, Tradisi yang Menceritakan 2 Prajurit Majapahit

Gunungkidul, DIY - Warga Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY, menggelar tradisi Cing-Cing Goling. Acara budaya itu menceritakan tentang dua prajurit Kerajaan Majapahit dalam membasmi perampok dan membuat sungai hanya dengan menggores tanah menggunakan tongkat.
Ritual rutin setiap tahun itu dilakukan dengan memotong ratusan ayam kampung untuk dijadikan ingkung sebagaiuborampe (perlengkapan) sesaji. Setelah didoakan pemangku adat desa, ingkung bersama nasi gurih dan lauk, dibagikan kepada para pengunjung ritual di dekat Bendungan Kali Dawe tersebut.
Ritual tahunan itu mendapat perhatian ratusan pengunjung dari berbagai wilayah DIY dan Jawa Tengah yangngalap (berharap) berkah. Mereka berkumpul di bawah pohon besar yang rindang untuk mengikuti kenduri massal.
Selain itu, mereka juga menyaksikan pagelaran kolosal tentang pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya, dan Yudopati.
Dua prajurit itu diceritakan bersatu dengan warga untuk mengusir perampok. Pada adegan tersebut puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga di sekitar bendungan, untuk mengusir gerombolan penjahat.
Meskipun tanaman diinjak-injak, namun para petani tidak marah. Warga percaya, tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, namun justru bertambah subur. "Cing goling cing goling," teriak para penari sambil menari, Kamis (29/8/2013).
Tradisi yang dilaksanakan bersamaan upacara bersih desa itu juga menceritakan tentang keberhasilan dua prajurit membuat sungai dan bendungan. Konon, hanya dengan senjata berbentuk tongkat dan cambuk (cemeti) yang digoreskan pada tanah sambil berjalan, bekas goresan itu berubah menjadi sungai dengan air yang mengucur deras.
Air sungai dan bendungan yang melimpah dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian yang berubah menjadi sawah, sehingga kehidupan warga semakin sejahtera. Setelah selesai upacara, seluruh peserta kenduri membawa pulang makanan yang terdiri dari ayam, sayur, dan nasi menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu.
Acara budaya itu menarik perhatian Bupati Gunungkidul, Badingah, yang turut hadir berserta jajarannya. Menurutnya, tradisi tersebut dapat menjadi daya pikat bagi wisatawan untuk mengunjungi kabupaten terluas di DIY itu.
"Tahun depan, sebelum upacara tradisi ini, hendaknya pemangku adat menemui Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan, sehingga bisa dipersiapkan untuk dikemas menjadi paket wisata," kata Badingah.
Kunjungan wisata ke Gunungkidul sejak beberapa tahun terakhir cenderung meningkat. Hal itu akan akan dimanfaatkan untuk memperkenalkan tradisi dan budaya agar lebih dikenal secara luas.
"Tradisi ini digelar siang hari, nah sebelum wisatawan ke sini, bisa mengunjungi tempat wisata seperti Goa Pindul, Si Oyot dan sebagainya, sehingga tradisi masyarakat bisa dikenal oleh masyarakat lainnya," ujarnya.
Selain itu, lanjut Badingah, pemkab akan membangun sebuah pendopo berbentuk rumah Joglo, yang dapat digunakan untuk menggelar acara-acara budaya atau tradisi.
"Bangunan bekas kantor pengairan kan tidak dipakai, sehingga bisa dibangun Joglo untuk menggelar tradisi Cing-Cing Goling, apalagi ini tanah kas desa. Ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas panen yang diterima masyarakat," katanya.
-

Arsip Blog

Recent Posts