Potret Pengasong di Makam Bung Karno

Blitar, Jawa Timur - Perempuan separuh abad itu dengan sigap bangkit dari duduknya sambil menyodorkan bunga dan aneka suvenir di kompleks makam Bung Karno di Blitar. Ibu Sri Julaikha namanya. Tapi warga akrab memanggilnya Bu Pangat. Di lengannya penuh dengan barang dagangan, dari belasan bungkus kantong plastik berisi bunga, tasbih, keranjang berisi bandul kunci, hingga serenteng foto keluarga Bung Karno.

"Mari Mas bunga untuk ziarah, atau mau foto Bung Karno, ini ada fotonya sekeluarga waktu zaman dulu," ujarnya sambil menyodorkan harga yang dia bilang sangat murah. Dia mengaku sudah 20 tahun lamanya, yaitu sejak masih bujang, bekerja sebagai pedagang asongan di makam Presiden RI pertama tersebut. Orang bisa saja memandang rendah profesinya. Tapi ternyata dari mata pencaharian itu saja dia bisa menyekolahkan dua anaknya. "Syukur saya bisa membiayai anak saya tamat sekolah, yang satu lulusan SMA dan satunya tamat kuliah, dan keduanya sudah bekerja," ungkapnya.

Sekarang penghasilan yang dia dapat, dipakainya untuk menafkahi diri sendiri dan suaminya yang tidak bisa bekerja lagi serta ibunya yang sudah sangat renta. Dia bercerita, dulu tahun 1990-an pengunjung makam sangat banyak. Karena berlatar belakang dari keluarga yang tidak mampu, dia mau melakoni pekerjaan dan keterusan hingga kini. "Sekarang lumayan masih ada penghasilan meskipun di hari biasa sedikit yang membeli, tapi ramai saat liburan atau hari minggu," tambahnya.

Berdasarkan data petugas pengelola setempat, tercatat 1.000 orang dalam sebulan mengunjungi makam dari sekadar ziarah hingga berwisata sejarah mengunjungi museum dan perpustakaan yang ada di kompleks makam. Ternyata Bung Karno benar-benar menjadi magnet bagi kota di jalur selatan Jawa ini. Keberadaan nama besar Bapak Proklamator RI tersebut mampu mendongkrak taraf hidup rakyat kecil yang timpang tertinggal dibanding jalur utara. (Fikria Hidayat)

Sumber: http://regional.kompas.com 29 April 2009
-

Arsip Blog

Recent Posts