Oleh Bernau Ompusunggu Biranul Anas
Pakaian Upacara
Tradisi Melayu menempatkan upacara pernikahan sebagai peristiwa yang penting. Ini berpengaruh pada busana upacara pernikahan Melayu yang tampil secara lengkap dan indah, mulai dari busana sampai dengan perlengkapan perhiasannya. Pada upacara ini Wanita Melayu mengenakan Kebaya panjang atau baju kurung yang terbuat dari jenis-jenis kain yang bermutu tinggi seperti brokat atau sutra bersematkan peniti-peniti emas. Baju kurung ini dipadukan dengan kain songket buatan Batubara atau tenunan Malaysia. Bagian kepala disalut oleh selendang bersulam corak-corak emas yang menutupi tata rambut dalam gaya sanggul khusus yakni sanggul lipat padan atau sanggul tegang. Pada sanggul ini ditempatkan hiasan-hiasan keemasan.
Di daerah leher dan dada biasanya tergantung kalung dari corakcorak rantai mentimun, sekar sukun, rantai serati, mastura, gogok rantai lilit, rantai panjang dan tanggang walaupun dewasa ini sudah amat jarang dijumpai. Gelang juga dipakai pada kaki. Pengantin wanita juga memakai gelang kerukut yang beraneka jenis seperti gelang tepang, gelang kana, gelang ikol dan keroncong. Pada jari terpasang aneka ragam cincin seperti cinci-n genta, cincin bermata, cincin patah biram dan cincin pancaragam.
Sebagai alas kaki dipakai selop bertekad yaitu sejenis sandal bersulam corak-corak keemasan. Bagian pinggang dihiasi oleh bengkong dan pending.
Kaum pria memakai dua pilihan tutup kepala, yaitu tengkulok yang terbuat dari kain songket, kain bertabur atau destar. Ikatan tengkulok ini ada beberapa jenis, yaitu ikatan bendahara (Kedah), ikatan serdang dan sebagainya. Tengkulok adalah lambang kebesaran dan kegagahan seorang pria Melayu. Tutup kepala yang sejak dulu dipakai disebut destar. Terbuat dari rotan yang berbentuk parabola, berlapis tiga dan dibalut dengan beludru atau kain berwarna kuning. Diberi hiasan gerak gempa, renda, bunga mas dan hiasan batu permata sehingga menampilkan kesan kebesaran dan kegagahan. Di daerah Deli untuk kaum bangsawan mengenakannya secara melintang, sedangkan bagi pria kebanyakan memasangnya dengan posisi belah utak. Di Serdang cara-cara pemakaiannya justru kebalikan dari daerah Deli.
Penutup badan pria adalah teluk belanga yang terdiri dari atas baju berkrag kocak musang, berseluar (celana panjang) dan bersamping. Sebagaimana pada kaum wanita kain pembuat teluk belangapun adalah dari jenis yang bermutu seperti satin atau sutra.
Alas kaki berupa selop sewarna dengan baju. Pada leher pria digantungkan beberapa hiasan rantai. Lengan atasnya mengenakan kilat bahu dan sidat sebagai lambang keteguhan hati. Pada bagian pinggang dipakai bengkong dan pending. Pada pinggang depan sebelah kanan disisipkan sebilah keris yang bergagang emas. Keris dianggap lambang kegagahan dan kemampuan menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
Pakaian Sehari-hari
Wanita-wanita Melayu dari Medan di sebelah pantai timur Sumatera Utara membuat baju mereka sangat panjang (baju panjang), dari bahan brokat (kain senduri), sutera, muslin atau viole yang halus yang bercorak kotak-kotak besar. Lengan bajunya sangat lebar dan panjangnya sampai pergelangan tangan. Baju panjang ini dipakai dengan sehelai kain yang terbuat daripada katun biasa berwarna polos, sarung yang bercorak kotak-kotak besar atau kain songket. Kadang-kadang baju dan kain kedua-duanya terbuat dari bahan yang sama. Pakaian ini tidak memakai selendang. Hiasan rambut berupa sanggul yang sederhana.
Sementara untuk pakaian laki-laki berupa pakaian Teluk Belanga: Pakaian ini terdiri dari tutup kepala berupa kopiah atau topi dari bahan sutra berbentuk kepala kapal, berwarna sesuai dengan baju dan celananya; Bajunya berupa kemeja kurung terbelah dibagian dada saja dari bahan sutra berwarna merah, hijau atau kuning dan dililit dengan sarung songket; Celana panjang lebar dengan bahan dan warna yang sama dengan baju.
Sumber: http://www.tamanmini.com