Minahasa, Sulut - Keseriusan Pemkab Minahasa mengelola pariwisata diragukan. Meskipun memiliki potensi obyek pariwisata yang eksotik, namun sebagian obyek peninggalan bersejarah itu mulai terlupakan. Padahal di sisi lain, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Minahasa sebagai instansi terkait mengakui, pariwisata sebagai prime mover pembangunan di Minahasa di samping sektor pertanian.
“Kami tetap berkomitmen untuk meningkatkan potensi obyek pariwisata, karena prime mover Pemkab Minahasa adalah sektor pertanian dan pariwisata. Meskipun alokasi dana kecil namun Disparbud bersama seluruh elemen masyarakat tetap optimis untuk menata semua obyek pariwisata di daerah ini,” sergah Kadisparbud Minahasa Drh Frederik Rotinsulu didampingi Kabag Humas Vicky Tanor SIP MSi.
Menurut keduanya, obyek pariwisata ini sangat potensial yang bisa mendatangkan pasokan retribusi bagi daerah ini. Referensi koran ini menunjukan beberapa obyek pariwisata yang terlantar seperti, goa Jepang yang ada di Tonsea Lama Kecamatan Tondano Utara dan di Kawangkoan, loji Tondano yang sudah kusam, tempat permandian pasir putih di Lembean Timur, dan pantai indah Makalisung serta Watu Pinabetengan di Tompaso. “Obyek pariwisata memang banyak, tapi tidak terawat,” ujar Grace Sangari dan Joubert, warga Makalisung.
Menurut mereka, seharusnya, semua obyek pariwisata ini seharusnya ditata seapik mungkin karena Minahasa sejak dulu dikenal memiliki ragam kebudayaan yang nota bene memiliki nilai yang tinggi. “Meskipun punya potensi obyek pariwisata yang besar, tapi kalau tidak diurus sama juga bohong,” ungkap mereka. (old)
Sumber: http://mdopost.com 24 Juni 2009