Jenewa - Wayang Indonesia adalah salah satu dari 90 elemen karya agung warisan budaya tak benda yang dideklarasikan UNESCO selama rentang waktu 2001-2005. Saat ini UNESCO terus berusaha meningkatkan kesadaran internasional mengenai nilai warisan kebudayaan tak benda dan menyadari mendesaknya keperluan untuk pelestariannya. Dalam konteks tersebut, wayang Indonesia beserta karya agung lainnya akan segera dimasukan ke dalam Konvensi mengenai Daftar Warisan Kebudayaan Tak Benda Peradaban Manusia.
Hal ini diungkapkan Dirjen UNESCO dalam sambutan yang dibacakan Kerstin Holst pada pagelaran besar seni budaya wayang Indonesia bertajuk “Wayang Shadow Puppet Theatre of Indonesia” yang dipentaskan di markas PBB Jenewa pada Selasa malam (15/4).
Sementara itu Deputi Dirjen WIPO Francis Gurry menyampaikan bahwa ukuran-ukuran hak kekayaan intelektual (HKI) yang seimbang dapat memberikan kontribusi dalam perlindungan, peningkatan dan perlindungan warisan budaya tak benda. Pembahasan intensif di dalam WIPO Intergovernmental on Intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman dan komplementaritas antara perlindungan HKI dengan pelestarian warisan budaya tak benda. WIPO juga terus memperkuat koordinasi dalam perumusan kebijakan serta pengembangan kerjasama praktis. Khusus untuk acara ini, WIPO merupakan penyandang dana yang mendatangkan para pedalang dan pemain gamelan dari Indonesia.
Pagelaran besar seni budaya wayang Indonesia ini terselenggara atas kerjasama PTRI Jenewa dengan United Nations Office in Geneva (UNOG), World Intellectual Property Organization (WIPO) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Pagelaran ini juga merupakan bagian dari pameran fotografi bertema “Wayang Shadow Puppets of Indonesia” oleh Yoshi Shimizu, yang diselenggarakan di tempat yang sama dan berlangsung dari tanggal 1 – 23 April 2008. Pagelaran wayang ini didahului dengan resepsi yang menyajikan aneka ragam cita rasa masakan Indonesia dan dihadiri tak kurang dari 750 penonton.
Pagelaran wayang dibawakan oleh kelompok seni wayang dan gamelan Indonesia yang berjumlah tujuh orang dari Yayasan Redi Waluyo pimpinan Oni Eko Priyanto. Mereka membawakan lakon Dewaruci yang menceritakan pencarian Bratasena atas jatidirinya. Kisah pewayangan dibawakan dalang Sri Rahayu Setiawati serta dalang cilik Wahyu Hanung Hanindita. Penampilan mereka sangat memukau penonton, khususnya dalang cilik Wahyu yang tidak saja terampil memainkan lakon wayang tetapi juga fasih dalam penyajian dialog cerita wayang yang mempunyai filosofis tinggi dalam Bahasa Inggris. Penampilan seniman dari Yayasan Redi Waluyo telah menyihir hadirin sehingga di akhir pagelaran mereka mendapatkan tepuk tangan panjang dari para hadirin.
Di akhir pertunjukan, penonton mendapatkan suvenir kecil berupa wayang dengan aneka bentuk sumbangan PT Indosat. Pameran dan pagelaran wayang Indonesia di markas PBB Jenewa ini merupakan bagian dari upaya PTRI Jenewa dalam menyukseskan program pemerintah “Visit Indonesia Year 2008”.
Sumber: www.deplu.go.id (21 April 2008)