Museum Pendidikan Indonesia Simpan Catatan Perjalanan Pencerdasan Bangsa

Yogyakarta - Wajar, sebagai Kota Pendidikan, Joja punya museum pendidikan. Museum ini ada di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Museum ini mengoleksi berasal dari masyarakat luas, terutama benda-benda atau dokumentasi yang memiliki nilai filosofi pendidikan.

"Dan untuk selanjutnya kami membuka peluang bagi siapa saja untuk menghibahkan koleksinya ke museum," ujar Asnan, pemandu Museum Pendidikan Indonesia.

Koleksi di museum ini terdiri dari peralatan dan media pembelajaran yang terdapat di Ruang Galeri 3. Ada juga foto-foto dan arsip sejarah pendidikan di Indonesia yang beradadi Galeri 2. Di galeri ini juga terdapat tokoh-tokoh penggagas pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara dan Raden Ajeng Kartini. Dari mereka dapat dilihat kembali nilai-nilai pendidikan yang dimunculkan.

Selain itu, terdapat pula beberapa benda seperti "Rontal" yang merupakan lembara ron (daun) pohon tal yang menjadi instrumen sejarah bangsa Indonesia. Goresan tegas pisau pengropak di atas lembaran ron telah mewariskan beribu pengetahuan. Ilmu tersebut mewakili nilai dan budaya zaman Hindu hingga Islam di Nusantara.

Koleksi lain yang unik adalah globe kayu. Dengan adanya globe yang merupakan hibah warga Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Yogyakarta ini, anak bangsa mampu memaknai lika-liku perjuangan pendahulu mereka. Di ruang galeri selanjutnya terdapat mesin ketik manual warisan bernilai bagi warga UNY sendiri. Keberadaan koleksi ini tak lepas dari sejarah bahwa kampus UNY selalu riuh dengan pukulan tuts mesin ketik.

Di ruangan depan pintu masuk juga terpajang alat transportasi yang dibilang legendaris, yaitu sepeda onthel. Sepeda memang identik dengan perjuangan para guru melawan kebodohan yang menjadi titik gelap pendidikan bangsa. Terdapat pula manuskrip tua yang menyimpan sejuta makna, seperti Babad Demak dan Sastra Melayu.

Ada beberapa hal yang menarik pengunjung dari koleksi tersebut, antara lain sabak dan grip. Hal yang menarik bukan terletak pada alatnya, tapi pemikiran bagaimana bisa orang-orang zaman dahulu bisa belajar dengan benda-benda tersebut. Selain itu, foto-foto yang dipajang juga mengilhami para pengunjung untuk mengetahui filosofi pendidikan di zaman yang berbeda-beda.

"Orang dulu tak punya seragam, tapi bisa memunculkan performa yang maksimal," tambah Asnan sambil menunjuk salah satu foto.

Museum ini juga membuka peluang bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian tentang sejarah pendidikan. Kebetulan museum ini akan membuka perpustakaan dan ruang audio visual.

"Arsip-arsip pendidikan dan beberapa film dokumenter maupun komersial juga dapat diakses disini," tutur Asnan yang juga alumni UNY tersebut.

Beberapa waktu ke depan, MPI akan mengembangkan komunitas Museum Pendidikan Indonesia untuk mengembangkan wacana pendidikan di Indonesia. Di zaman Hindia Belanda, umpamanya, ada praktek sertifikasi guru dan sekarang muncul kembali. Hal-hal bersifat historis tersebut kadang tak diketahui oleh banyak orang. Para guru pun sudah menggunakan beberapa media pembelajaran sejak 1920-an. Komunitas ini akan bersifat terbuka, tak hanya mahasiswa UNY.

MPI-UNY yang berlokasi di Kampus Pusat UNY Jalan Colombo No 1, Karang Malang Yogyakarta ini telah dikunjungi oleh berbagai pihak. "Pengunjung dari usia taman kanak-kanak hingga mahasiswa luar kota dan asing pernah mendatangi MPI. Bahkan, beberapa pihak dari luar kota juga melakukan kunjungan kesini," papar Asnan.

Selain itu, MPI juga akan mengembangkan arena bermain bagi anak-anak. Museum ini buka saban hari dari jam 8 hingga 3 sore. Untuk Sabtu dan Ahad, Museum buka jika ada yang memesan untuk berkunjung. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai MPI di dunia maya dapat ditelusuri di: mpi.uny.ac.id.

-

Arsip Blog

Recent Posts