Yogyakarta - Museum Pendidikan Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta akan menambah sejumlah koleksi dan fasilitas baru. Penambahan ini diharap dapat memberi gambaran lebih menyeluruh tentang perjalanan pendidikan di Indonesia sebagai bahan perbaikan dan pengembangan.
Fasilitas dan koleksi yang akan ditambahkan tersebut di antaranya ruang teater, pendapa berbentuk joglo, film dokumentasi pendidikan di masa lalu, berbagai permainan tradisional anak, serta berbagai jenis kurikulum sejak tahun 1947 hingga sekarang. Menurut rencana, koleksi-koleksi baru ini akan diresmikan pada Februari 2010.
"Dalam rangka penambahan tersebut, saat ini museum yang dikelola Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu tengah dalam proses pembangunan gedung baru. Gedung dua lantai itu nantinya untuk ruang teater dan diorama," kata Dekan Fise UNY Sardiman di Yogyakarta, Selasa (15/9 ).
Ruang teater berkapasitas 100 kursi itu rencananya akan digunakan sebagai tempat pemutaran berbagai film sejarah pendidikan. Salah satu film yang telah disiapkan adalah visualisasi sekolah rakyat. Tergambar jelas di dalamnya, interaksi guru dan murid serta jenis permainan di zaman itu yang jauh berbeda dengan saat ini.
Selain itu, Museum Pendidikan Indonesia juga tengah merancang diorama yang memperlihatkan perubahan dunia pendidikan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang. Perkembangan arah dan pemikiran pendidikan juga dapat dilacak dari jenis-jenis kurikulum yang saat ini dalam proses pengumpulan. "Dari Pusat Kurikulum, kami sudah memperoleh hingga tahun 1975. Untuk kurikulum yang lebih tua lagi akan butuh waktu," ujar Sardiman.
Koleksi-koleksi ini diharapkan dapat memberi gambaran utuh mengenai perjalanan pendidikan di Indonesia sehingga nantinya dapat dibandingkan demi perbaikan pendidikan di masa depan. Koleksi juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa penghargaan terhadap pendidikan pada para murid yang berkunjung ke museum.
Selain koleksi baru, sejumlah koleksi di museum yang baru dibuka pada Juli 2008 itu adalah lembaran rontal yang dahulu digunakan sebagai media tulis, pisau pengropak atau alat tulis untuk rontal, sabak, grip, bola dunia (globe) kayu, dan mesin ketik manual.
Gratis
Sejauh ini, pengunjung masih dapat melihat koleksi secara gratis. "Akan tetapi, rencananya akan diberlakukan tarif sebesar Rp 2.500 untuk masuk ke museum sesudah lebaran nanti," kata Pemandu Museum Asnan Arifin.
Asnan menuturkan, sejak dibuka pada Juli 2008 hingga Juli 2009, jumlah pengunjung museum mencapai 2.663 orang. Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa dan murid-murid sekolah setempat dan rombongan murid SD. Jumlah pengunjung ini menurun sejak pembangunan dimulai Agusutus lalu. (Irene Sarwindaningrum)
Sumber: http://regional.kompas.com (15 September 2009)