Permainan Tradisional Mulai Tidak Dikenali

Malang - Permainan tradisional mulai tidak dikenali oleh anak-anak masa kini. Mereka kini lebih dekat pada permainan berbau teknologi yang lebih sering mengajarkan sikap individualistis dan tidak peka terhadap kehidupan sosial.

Hal itu terlihat dalam Festival Permainan Tradisional Anak Nusantara yang digelar Komunitas Aksara, yakni komunitas nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak, bekerja sama dengan warga RT 9 RW 7 Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Minggu (21/11).

Dalam acara yang memfasilitasi anak mengenali beragam permainan tradisional itu, banyak anak tidak tahu dan tidak bisa memainkannya. Permainan yang diusung antara lain engklek, egrang, boi-boian, dan dakon.

”Memang permainan-permainan tradisional ini kelihatannya mulai tidak dikenali anak-anak masa kini. Saat dihadapkan pada permainan tersebut, mereka harus dipandu untuk memainkannya. Mereka lebih akrab dengan permainan berbau teknologi informasi (TI) seperti Playstation atau online game (dolanan sambung jaring),” ujar Koordinator Acara Festival Thantien Hidayati.

Padahal permainan modern tersebut, menurut Thantien, mengajak anak-anak untuk bersifat individualistis alias tidak bersosialisasi dengan orang lain.

Mereka hanya menghadapi monitor komputer. Meskipun mereka bersama-sama bermain di dalam jaringan, interaksi mereka lebih banyak dengan komputer, bukan dengan teman-teman mereka. ”Ini jelas tidak baik bagi tumbuh kembang anak ke depannya,” ujar Thantien.

Itu sebabnya, menurut Thantien, komunitasnya berusaha mengajak anak kembali mengenali permainan-permainan tradisional. ”Permainan tradisional selama ini tidak ada yang bisa dimainkan sendirian. Semuanya harus dimainkan bersama-sama. Hal ini akan membentuk karakter anak agar berjiwa sosial, mengasah kecerdasan anak, dan sebagainya,” ujar Thantien.

Sebelumnya Ketua Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Kota Malang Mike S Arifin mengatakan, permainan tradisional seperti engklek, krupukan, bekel, dan dakon seharusnya memang menjadi permainan anak-anak dalam masa pertumbuhan. Permainan tradisional memicu kecerdasan sebab sensor motorik anak dilatih.

”Sayangnya kini banyak orangtua tidak peka dan membiarkan anak mereka memainkan dolanan-dolanan modern yang cenderung mudah ditemui dan gampang diawasi. Akan tetapi, hal ini menjadikan kecerdasan dan sikap anak tidak berkembang baik,” ujarnya. (DIA)

-

Arsip Blog

Recent Posts