Vatican City - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya sangat optimismis, kehadiran Galeri dan Taman Indonesia di Museum Etnologi Vatikan bisa membuka mata dunia tentang kebudayaan Indonesia.
Arief mengungkapkan, Indonesia seperti mendapat karet merah dan panggung kehormatan karena diberi tempat pameran permanen di Museum Vatikan. Taman Indonesia diizinkan untuk menempelkan cetakan relief Candi Borobudur di museum tersebut. Bahkan, kata dia, pihak pengelola museum juga tidak berkeberatan jika ada stempel logo branding, “Wonderful Indonesia.”
Semua itu didapat Indonesia secara gratis. “Iya, tidak ada biaya sewa-menyewa space. Kalau ada, pasti angkanya spektakuler dan belum tentu kita siap? Tapi kalau diberi ruangan? Diminta mendesain dengan dekorasi ala Indonesia? Itu equivalent dengan konsep promosi memancing di kolam yang penuh ikan. Dengan senang hati, kami akan redesigning Januari-Februari dan realisasi penataan di Maret-April 2016,” ujar Menpar Arief Yahya dalam keterangan persnya yang diterima ROL, Jumat (4/12).
Akhir Desember sampai awal Januari 2016, Vatikan pasti sedang peak seasons, ramai-ramainya pengunjung. Ada Natal dan Tahun Baru 2016 yang bisa hampir pasti banyak orang dari berbagai penjuru dunia terbang ke Città del Vaticano –sebutan bagi Italia--, sebuah negara mungil, berpenduduk 824 jiwa, seluas 44 hektar, di sebuah enklaf yang dikelilingi tembok di Kota Roma.
“Selain itu, suhu di Vatikan dan Roma sedang dingin-dinginnya. Karena itu, kami sepakat untuk realisasi Maret-April 2016, setelah didesain ulang, dan ditata kembali,” ungkap Arief. Rencana itu mendapat dukungan dari President of Vatican City, Cardinal Giuseppe Bertello.
Menpar menambahkan, kehadiran Galeri dan Taman Indonesia di Museum Vatikan merupakan sarana mempromosikan Wonderful Indonesia. Menurut dia, magnet Vatikan sebagai objek wisata kelas dunia itu tidak bisa dibantahkan. Lebih dari 6 juta wisman setahun berkunjung ke negara terkecil, banyak repeaters, yang sudah pernah datang, tetapi ingin datang lagi.
Padahal luas wilayah Vatikan tidak sampai sepertiga luasan Kompleks Gelora Bung Karno, yang 136 ha itu. Atau hanya separohnya, kompleks Monas, yang sekitar 80 ha itu. “Museum Vatikan memang kaya cerita sejarah, dan artefak-artefak yang sudah ratusan tahun itu masih tersimpan rapi. Itulah salah atraksi dan kekuatan Vatikan,” jelas Arief Yahya yang didampingi Dubes RI untuk Vatikan, Budiarman Bahar.
Di Museum Vatikan itu, ada 1.150 benda artefak seni budaya Indonesia. Sejak 2011-2012 rintisan pameran koleksi Indonesia sudah dilakukan. Kemudian dilanjutkan di 2012-2013 dengan temporary exhibition Indonesia. Tahun 2015 ini, memasuki tahap “Redesigning Indonesia Section” dan 2016 mulai berubah bentuk di sana.
“Belajar dari pariwisata Vatikan, adalah belajar menjaga dan melestarikan artefak, peninggalan sejarah, karya seni, karya budaya nenek moyang, yang tidak ternilai harganya. Ingat: Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Inilah yang sering saya sampaikan sebagai cultural industry, creative industry, dan creative economy, yang sustainable, berkelanjutan,” tegasnya.
Sumber: http://gayahidup.republika.co.id