Bahasa Indonesia Perlu Diinternasionalisasi

Jakarta - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kini tinggal menghitung hari. Untuk itu, pakar bahasa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mahsun menegaskan bahwa Bahasa Indonesia perlu internasionalisasi agar bisa menjadi bahasa ASEAN.

Sebab dari negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk paling banyak.

"Ini menunjukan bahasa Indonesia memiliki jumlah penutur mayoritas dibandingkan dengan bahasa lainnya. Jadi sangat perlu kita internasionalisasikan," kata Prof Mahsun kepada SP, Kamis (17/12).

Dikatakan Mahsun, saat ini Bahasa Indonesia yang digunakan oleh 250 juta masyarakat Indonesia terancam tergeser oleh bahasa Inggris dalam pelaksanaan MEA. Hal ini akan terjadi karena bahasa Indonesia kurang mendapat dukungan pemerintah. Padahal, peran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk 659 suku bangsa, tentu dapat menjadi bahasa pemersatu MEA.

Mantan kepala Pusat Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) ini menegaskan, jika bahasa Indonesia tidak digunakan dalam MEA, maka Indonesia akan kehilangan identitasnya. Karena bahasa merupakan identitas, semakin banyak negara lain yang belajar maka negara kita akan makin diakui.

Mahsun menyebut, MEA merupakan era persaingan dan hanya bangsa yang memiliki identitas kuat yang bisa memenangkan persaingan.

Untuk itu, ia mengajak kepada generasi muda tidak hanyut dalam bahasa Inggris yang saat ini lebih diagungkan dibandingkan bahasa Indonesia.

Sebelumnya, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa, Kemdikbud Gufran Ali Ibrahim mengatakan, bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam MEA. Saat ini pemerintah telah membuat aturan untuk mengutamakan bahasa Indonesia, terutama di media luar ruang, meskipun dalam tindakan berbahasa, tindakan bertutur sering tidak sejalan.

Ke depannya, dia menyebutkan, pemerintah melalui gerakannya akan utamakan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik dengan cara mengajak masyarakat untuk tetap mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.

Namun, menurutnya, gerakan ini tidak bisa dikerjakan oleh Badan Bahasa, tetapi menjadi tugas bersama antara pemerintah daerah, Badan Bahasa, dan seluruh stake holder.

"Ini butuh kerja sama semua stake holder," ujarnya.

Dia juga mengatakan, meskipun sedang memperjuangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa Asean, masyarakat juga harus mampu menguasai bahasa asing agar tidak tergerus persaingan karena dengan bahasa asing dapat memperkenalkan Indonesia lebih luas lagi.

-

Arsip Blog

Recent Posts