Bogor - Aktivitas prostitusi di Desa Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, seperti tidak ada matinya. Meski sudah puluhan kali ditertibkan, bisnis esek-esek ini masih saja berlangsung hingga sekarang.
Kamis malam (24/12/2015), jelang Hari Raya Natal misalnya. Hingga pukul 23.00, kawasan itu masih ramai dengan para pekerja seks komersial (PSK). Namun ada yang menggelitik ketika sebuah tempat hiburan malam (THM) melantunkan bunyi gamelan.
Suara khas pengiring tarian jaipong, mengundang pengendara untuk berhenti sejenak. Wartawan koran ini pun menuju sumber suara gamelan. Lokasinya tidak jauh dari Blok Angrek. Tiba di lokasi, tampak berdiri panggung berukuran 2 x 3 meter.
Backdrop dan cahaya lampu kerlap alakadarnya serta sejumlah gamelan berjejer dengan asal. Di atas panggung setinggi satu meter itu terlihat lima wanita lengkap dengan konde dan sanggul serta pakaian penari jaipong.
Seorang wanita sintal bertugas sebagai sinden, sedangkan empat wanita lain dengan gemulai melenggak-lenggokkan pinggulnya. Di depan panggung ada dua sofa usang lengkap dengan meja.
Di sana sudah dipenuhi wanita berbaju minim serta tiga pria paruh baya. Di meja tedapat delapan botol minuman keras jenis bir serta kacang kulit dalam piring.
“Ayo dong nyawer,” ucap salah seorang wanita seraya menyodorkan segelas bir kepada pria yang mengenakan jaket kulit hitam.
Untuk menyawer, para tamu harus menukarkan uang dalam pecahan Rp2.000. Semakin banyak sawerannya, goyangan empat penari jaipong makin instens. Bahkan, tak sedikit pengunjung dengan saweran banyak meremas (maaf) pantat penari jaipong.
Itu cara memancing pria hidung belang menggunakan jasa PSK di sana. Hal itu dikatakan Anggun (23), seorang PSK di THM jaipong. Wanita berambut panjang dengan dress hitam itu menuturkan, aksi goyangan penari jaipong hanya untuk memancing pria hidung belang.
Selain goyang jaipong, para penari sesekali goyang striptish menggoda tamu. Setelah tergoda, para PSK melanjutkannya di atas ranjang.
“Ini pemanasan saja, kalau mau cek-in, nanti di belakang panggung atau dibawa keluar juga bisa, tinggal pilih,” tuturnya.
Tarif PSK relatif murah, yakni Rp150-200 ribu sekali kencan. Bahkan, jelang Subuh tarif PSK bisa Rp100 ribu shore time. Sedangkan sewa kamar 2 x 2 meter di belakang panggung Rp50 ribu.
Sementara untuk harga minuman keras dibanderol Rp35 ribu per botol. Sementara data Satpol PP Kabupaten Bogor, jumlah THM yang menampilkan jaipong di Desa Limusnunggal ada tiga tempat.
“Kami akan menindaklanjuti praktik prostitusi yang masih berlangsung di Limusnunggal. Jika melanggar, kami akan lalukan penertiban,” ujar Kabid Riksa Satpol PP Kabupaten Bogor, Agus Ridho kepada Radar Bogor.
(all/radarbogor)
Sumber: http://jabar.pojoksatu.id