Jakarta - Apakah kamu pernah merasakan suasana pada jaman megalitikum ketika berada di suatu tempat wisata? Jawabannya dapat kita temukan di Kampung Bena, Desa Tiwuriwu, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Kampung ini akan membawa anda merasakan jaman megalitikum.
Memang, nama kampung ini masih asing di telinga bagi beberapa orang. Namanya Kampung Bena. Lalu, ada apa dengan kampung bena? Kampung bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di puncak bukit dengan pemandangan gunung Inerie, gunung yang terkenal di Flores dengan status masih aktif.
Ciri khas kampung ini keberadaanya di bawah gunung yang dijadikan masyarakat lama untuk memuja gunung sebagai tempat para dewa. Menurut penduduk kampung ini, mereka meyakini keberadaan dewa Yeta sebagai dewa yang melindungi kampung mereka.
Kampung yang terdiri dari 40 buah rumah yang saling mengelilingi ini memiliki posisi memanjang dari sisi utara ke selatan. Uniknya, rumah adat ini beratapkan ijuk berjajar rapi seperti umpak-umpak tersusun. Ketika anda memasuki teras rumah warga di kampung ini, anda akan menjumpai banyak sekali tanduk kerbau, rahang dan taring babi yang dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena.
Tanduk, rahang dan taring babi yang digantung itu biasanya berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan saat upacara adat oleh masing-masing suku yang ada di kampung. Hal unik lain yang dapat anda temukan di kampung ini adalah ada simbol khusus yang menandakan rumah inti keluarga laki-laki yaitu adanya patung pria di atas rumah dengan memegang parang dan lembing yang disebut Sakabolo.
Nilai-nilai tradisi dan gaya hidup tradisional menjadi daya tarik kampung ini. Selama turun temurun mereka mewariskan adat dan tradisi nenek moyang termasuk mewariskan keahlian menenun bagi tiap wanita yang tinggal di sana. Pemandangan wanita menenun di teras rumah panggung di kampung Bena adalah pemandangan lazim yang kita temui.
Mereka menenun menggunakan teknik tradisional dan menjual hasil tenunannya dangan menggantungkannya di muka rumah. Harganya yang ditawarkan sangat wajar jika kita menilik proses pengerjaannya yang masih handmade dan memakan waktu lama. Motif khas dari tenunan mereka adalah motif kuda.
Jangan remehkan kampung megalitikum ini, karena jika anda tahu kampung ini sudah termasuk dalam daerah tujuan wisata kabupaten Ngada dan menjadi langganan tetap wisatawan dari Jerman dan Italia. Sungguh menakjubkan bukan? Jangan lewatkan kampung Bena apabila anda berkunjung ke Flores.
Sumber: http://citizen6.liputan6.com