Menjadi Pilihan Wisatawan, Wisata Budaya Riau Sudah Mendunia

Pekanbaru, Riau - Kementerian Pariwisata RI telah melakukan penilaian dan memetakan kekuatan sektori wisata seluruh provinsi di Indonesia. Didapat, dari 16 provinsi yang dijadikan panduan, ternyata Provinsi Riau masuk salah satunya.

Lantas, di peringkat berapa Riau berada? Sekretaris Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI, Mumus Muslim dalam data yang diekposnya, Riau menempati posisi 13.

Posisi tersebut dianggap wajar melihat Riau baru saja berbenah dan mulai fokus menggarap potensi wisata-wisata dibanding daerah-daerah yang sudah lebih dulu "menjual" diri.

"Riau berada di peringkat 13. Mohon dikoreksi jika salah, tetapi ketertinggalan ini harus digesa," kata Mumus.

Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah masih menjadi favorit tujuan wisata Tanah Air. Kemudian disusul Jakarta, Sumatera Utara, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Sementara Bali sendiri menempati posisi kedelapan.

Baru disusul Banten, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan. Kemudian Riau di posisi ke-13 disusul Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur dan terakhir Nanggroe Aceh Darussalam.

Mumus menyebutkan, berdasarkan laporan yang diberikan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Riau, potensi wisata Riau sangat menarik untuk dikembangkan. Karena hampir seluruh kategori wisata ada di sini.

Seperti di antaranya wisata alam, wisata buatan, wisata religi, wisata budaya dan lainnya. "Kita terus mencari celah dan solusi agar potensi Riau ini terus berkembang dan dikenal," kata Kepala Disparekraf Riau, Fahmizal Usman.

Sebelumnya, untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akhir tahun 2015, Pemerintah Provinsi Riau sudah bertekad mengepakkan sayap pada sektor pariwisata berbasis budaya.

"Riau sudah terkenal berkat sektor migas dan perkebunan. Kita perlu membuat terobosan baru dalam menghadapi MEA ini," ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, usai mengikuti Rakor fasilitas penataan wilayah administrasi dan penguatan kapasitas aparat kecamatan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah 2015 di Grand Central Pekanbaru, Senin (2/11/2015).

Plt Gubri didampingi Forkopinda menabuh Kompang, salah satu alat musik kebudayaan Melayu pada Riau Expo 2015.

Terobosan baru yang dirasa tepat ketika di tengah-tengah MEA ialah dengan mengangkat nama Riau melalui wisata berbasis budaya. Hal ini dikarenakan MEA akan diwarnai puluhan juta masyarakat Asean yang akan berpariwisata, baik itu berbasis olahraga maupun budaya.

"Kita akan ambil peluang di sektor wisata berbasis budaya. Salah satunya kita punya Istana Siak," kata Plt Gubri.

Menurut Andi Rachman sapaan akrab Plt Gubri, Riau memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata, hanya saja untuk mengangkatnya perlu gencar dilakukan pemasaran. Masih banyak wisata-wisata Riau yang belum dikenal masyarakat luas karena kurangnya promosi.

"Kita harus optimis. Wisata kita tidak kalah dengan negara lainnya. Riau memiliki keunggulan di sektor pariwisata berbasis kebudayaan. Kita hanya perlu memasarkannya," pungkasnya.

Dalam sektor Wisata Budaya, Provinsi Riau memang memiliki event tahunan yang sudah mendunia, seperti Upacara Bakar Tongkang di Bagan Siapiapi, Rokan Hilir. Tradisi Bakar Tongkang adalah tradisi komunitas Tionghoa di Kabupaten Rokan Hilir.

Ketika tradisi ini dilaksanakan, komunitas Tionghoa yang berasal dari Bagan Siapisiapi akan berdatangan kembali ke kampung halamannya. Perantau sukses yang tersebar di Eropa, Amerika, Australia maupun Asia berbondong-bondong pulang. Ada yang pulang melalui Singapura via Batam dan Tanjung Balai Karimun, ada juga yang pulang via Jakarta dan Medan. Biasanya, Upacara Bakar Tongkang dilaksanakan pada bulan ke-6 penanggalan Cina.

Wisata Budaya yang juga sudah ratusan tahun adalah Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing). Pacu Jalur sudah digelar sejak zaman Belanda. Biasanya digelar pada bulan Agustus. Jika dulu untuk memperingati HUT Ratu Belanda, Wilhelmina. Sekarang untuk memperingati dan memeriahkan HUT RI. Seluruh penduduk desa akan tumpah-ruah ke Ibu Kota Kabupaten Kuansing, yakni Teluk Kuantan, tempat festival pacu jalur digelar. Otomatis seluruh aktivitas berpindah dari desa ke kota kabupaten. Tua-muda berdesak-desakan mendukung jalur andalan mereka di Tepian Narosa, Teluk Kuantan.

Tradisi ini terkenal unik karena untuk membuat jalur/perahu (jaluar bahasa Kuansing-nya) yang panjangnya bisa mencapai 37 meter dibuat dari Kayu Log utuh yang lurus. Kayu ditebang dari hutan belantara, lalu ditarik (dielo) beramai-ramai ke desa untuk dibentuk jadi perahu/jalur dan selanjutnya dilayur (diasap) agar kayunya merekah atau berkembang, sehingga kayu berdiameter 60 cm dapat diduduki pendayung (anak pacu) yang jumlahnya berkisar 54-60 orang. Festival Pacu Jalur ini biasanya dilaksanakan selama 5 hari dengan hadiah utama kerbau. Pemenang akan memotong hewan ternak tersebut dan memasak untuk dimakan seluruh penduduk desa.

Yang tak kalah menarik, Riau juga memiliki situs budaya Budha, yakni Candi Muara Takus yang terletak di Kabupaten Kampar. Situs ini setiap bulannya dikunjungi 2.500-3.500 orang. Para Bikshu se-dunia sering datang dan melakukan kongres serta ritual agama Budha di Candi Muara Takus. Situs ini menurut sejarah merupakan situs awal Kerajaan Sriwijaya.

Jika kita teringat dengan Sumatera Tengah, konon menurut beberapa ahli, titik tengah Pulau Sumatera berada di Muara Takus. Jika ditarik garis imaginer lurus dari Banda Aceh ke Muara Takus, sama jaraknya jika ditarik garis lurus ke Bandar Lampung. Dan jika ditarik garis lurus ke bagian barat Sumatera, sama jaraknya dengan ke pesisir timur Sumatera.

Riau masih punya destinasi menarik lainnya, yakni situs Kerajaan Melayu, Kerajaan Siak Sri Indrapura. Istana yang dirancang arsitek asal Jerman ini dibangun oleh Raja Siak XI pada 1889 dan rampung pada 1893. Luas bangunan sekitar 1.000 meter persegi di tengah lahan seluas 32.000 meter persegi dengan ciri khas Melayu, Eropa, India dan Timur Tengah.

Istana Matahari Timur ini menghadap ke Sungai Siak dengan jarak sekitar 100 meter. Anda pasti terkagum-kagum melihat bangunannya yang indah dan masih asli. Di istana ini juga masih tersimpan utuh salah satu alat musik langka, yakni Komet (berupa piringan besar). Komet ini hanya ada dua di dunia. Satu di Jerman tapi sudah rusak dan satunya lagi di Istana Siak. Anda masih bisa menikmati musik dari Komet langka itu. Di Istana dua lantai itu tersimpan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Siak.

Untuk memudahkan komunikasi ke pelanggan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau melakukan terobosan dengan mendirikan Pusat Promosi Pariwisata Terpadu yang diberi nama "Cerita Baru Centre". Kenapa cerita baru, agar lebih familiar dengan konsumen. Cerita Baru Centre menjadi salah satu ujung tombak pemasaran pariwisata Riau.

Perlahan tapi pasti, sektor pariwisata Riau diyakini akan menjadi sektor andalan bagi Provinsi Riau. Semoga ke depan, pariwisata Riau dengan dukungan semua pihak menjadi lebih baik dan diminati banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Ingat Riau, ingat minyak, ingat juga destinasi wisatanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts