Pontianak, Kalimantan Barat - Sekretaris Umum Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kalbar, Nursyam Ibrahim mengatakan Robo-robo bukan merupakan tradisi masyarakat bugis.
Namun demikian, ada tradisi yang pernah berkembang di Sulawesi Selatan yakni Aka' biang yang berarti ritual buang-buang untuk menolak bala.
Dirinya menjelaskan ritual buang-buang tidak mesti dikaitkan dengan hari Rabu atau robo-robo. Prosesi Aka' Biang itu bisa dilakukan setiap saat, misalnya ketika melahirkan anak atau mau menikahkan anak akan melakukan ritual tersebut.
"Namun sejak Islam semakin dipahami secara mendalam, sudah banyak masyarakat Sulsel yang mulai tidak melakukan lagi sejak 50 tahun terakhir. Kecuali masyarakat yang tinggal di pedalaman masih tetap melaksanakan," katanya, Rabu (9/12/2015).
Nursyam juga menjelaskan tradisi Robo-robo dipahami oleh masyarakat adalah napak tilas kedatangan Opu Daeng Manambon di Mempawah yang bertepatan pada Rabu terakhir pada bulan Safar.
"Cuma dalam perkembangan orang menambah-nambahkan buang-buang ke laut untuk tolak bala," katanya
Nursyam menuturkan dirinya tidak lagi pernah mendengar mengenai pelaksanaan tradisi sejenis Aka' Biang atau Robo-robo dilakukan secara massal, dengan artian seluruh komunitas masyarakat ikut serta.
Sebagai event budaya, kata Nursyam, Robo-robo merupakan tradisi yang bisa menarik para wisatawan. Tentu juga harus dibedakan ritual agama dengan event budaya.
"Karena ini event budaya, dalam konteks budaya kegitan Robo-robo ini sangat bagus karena di sana akan tumbuh kreativitas seni, peningkatan perekonomian masyarakat dan traveling," katanya.
"Satu budaya menunjukkan kebesaran satu bangsa, karena ini merupakan tradisi kebudayaan tentu kegiatan ini sangat bagus untuk melestarikan tradisi," katanya.
Sumber: http://pontianak.tribunnews.com