Lingga, Kepri - Sanggar Seni Teater Sri Mahkota Lingga, yang mendapat bantuan pusat, mengelar workshop seni bangsawan di aula Hotel Lingga Pesona, Jalan Datok Laksemana, Daik Lingga. Workshop yang digelar mengangkat tema, “Dengan kegiatan workshop, kita perkuat panggung bangsawan sebagai warisan budaya indonesia”.
Kegiatan yang berlangsung juga diikuti tiga kelompok bangsawan dari desa Musai, Panggak Laut dan Merawang. Selain itu, kegiatan ini melibatkan siswa MTs, SMP 1 Lingga, SMK 2 Lingga, SMA 1 Lingga dan MAN. Hadir juga, Ibrahim, Maestro Seni Bangsawan dari Lingga yang sudah mendapat pengakuan dari LIPI.
Sementara narasumber untuk kegiatan workshop, dihadirkan Dedi Arman dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Tanjung Pinang, Sahrial dari Dinas Kebudayaan Provinsi Kepri dan Said Parman, pelaku serta tokoh seni sekaligus Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Lingga, Kamarullzaman, Ketua Sanggar Sri Mahkota dan Ramlan, penulis naskah Bangsawan dipandu moderator Murwanto Edem.
“Kita mulai dari workshop dulu. Pementasan bangsawannya, 16 Januari 2016 nanti. Kita lihat kondisi musim hujan sekarang, jadi tidak memungkinkan,” ungkap Kamarullzaman, Ketua Sanggar Bangsawan, Sri Mahkota Lingga kepada Batampos di sela-sela kegiatan yang berlangsung, Rabu (16/12).
Kegiatan ini diharapkan Kamarul dapat memberikan semangat berkesenian bagi generasi muda di Lingga. Hal senada juga disampaikan Said Parman, dalam kegiatan tersebut. Sebagai Bunda Tanah Melayu (BTM) Daik Lingga, dikatakanya adalah sebuah komitmen. Sebagai dasar dan kekuatan untuk orang-orang Melayu di Daik, untuk lebih serius dalam hal berkesenian dan berbudaya.
“Sebutan BTM itu, adalah komitmen. Menggesa kita untuk lebih bergairah berkesenian,” tutur Said Parman.
Hal tersebut dibuktikannya dengan penampilan Mak Yong Muda beberapa waktu lalu di Lingga. Ia mengatakan, sengaja menghadirkan pertunjukan teater melayu lama tersebut untuk memancing gairah generasi muda di Lingga agar serius berkecimpung di dunia seni pertunjukan dengan jiwa. Ia juga berpesan, agar sanggar-sanggar seni tumbuh subur baik di tinggkat desa dan merekrut anak-anak muda terlibat tanpa harus menunggu program-program pemerintah.
“Muncullah sanggar-sanggar di desa-desa. Kumpulkan anak-anak yang berbakat. Untuk mengangkat kesenian ini. Muncul generasi muda baru pecinta seni bangsawan tanpa harus menunggu program pemerintah,” paparnya.
Sementara, Sahrial dari Dinas Kebudayaan Provinsi dalam pemaparannya, lebih kepada potensi seni dan kebudayaan di BTM yang keberadannya saat ini boleh dikatakan semakin menghilang dari pertunjukan maupun ritual kebudayaan Melayu. Ia turut menyinggung soal seni ritual Berjenjang di Desa Mentuda yang berfungsi sebagai pengobatan, seni Besaman di Desa Resun dan Dzikir Saman di Desa Kelumu. Kedepan, dikatakannya, pihaknya akan kembali mengusulkan lagi kesenian di BTM untuk menjadi warisan budaya Indonesia seperti Bangsawan dan kerajinan Tudung Manto.
“Masih banyak tradisi lainnya di sini. Kebudayaan ini, dapat mengangkat devisa daerah. Namun, hal ini juga perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan daerah baik dinas terkait Disbudpar dan juga Bappeda. Kita perlu mencontoh Jogja dan Bali. Masyarakatnya hidup dalam kebudayaan dan sejahtera,” kata Sahrial.
Selain itu, penguatan sumber daya manusia lewat pembinaan, sarana dan prasarana pendukung kebudayaan serta keterlibatan unsur masyarakat juga menjadi penting untuk membangun struktur kebudayaan yang kuat dan membangun BTM lewat kebudayaan.
Sumber: http://batampos.co.id