24 Kapal Pesiar Batal ke Indonesia

Denpasar, Bali - Sedikitnya 24 kapal pesiar internasional batal berkunjung ke Indonesia, dengan alasan keamanan, terutama bom di Jakarta beberapa waktu lalu. Namun seorang pelaku bisnis kapal pesiar di Bali, Ida Bagus Surakusuma, mengaku ragu terhadap alasan pembatalan kunjungan 24 kapal pesiar itu karena adanya ledakan bom di Jakarta pada 17 Juli lalu. "Saya tidak yakin mereka batal karena kasus bom di Jakarta. Karena yang saya tahu dari jaringan saya bahwa wisatawan maupun operator kapal pesiar mengaku tidak ada kekhawatiran datang ke Indonesia," kata Manajer Regional Pacific World Nusantara itu di Denpasar, Jumat (28/8).

Sebelumnya, direktur Biro Perjalanan Wisata (BPW) PT Suartur, Jro Gede Karang T Suarshana, mengemukakan bahwa sedikitnya 24 dari 185 kapal pesiar dari mancanegara membatalkan diri untuk datang ke Indonesia dalam tahun 2010 karena adanya bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta. "Jika masing-masing kapal pesiar itu mengangkut 2.000-3.000 orang, berarti sekitar 48.000 hingga 72.000 wisman telah membatalkan kunjungannya ke Indonesia," kata Jro Gede Karang T Suarshana.

Menurut Ida Bagus Surakusuma, penumpang kapal pesiar itu biasanya sudah memesan tiket satu tahun sebelumnya atau paling lambat enam bulan sebelumnya. Jika tiba-tiba operator kapal membatalkan kunjungan ke suatu negara, maka calon wisatawan akan komplain. "Kalau tiba-tiba dibatalkan seperti itu, operator harus memberikan kompensasi terhadap komplain calon penumpang dengan uang yang besar. Ini saya kira tidak main-main untuk membatalkan kunjungan," katanya.

Menurut dia, kemungkinan pembatalan kunjungan kapal pesiar ke suatu negara itu bisa disebabkan karena tidak mencapai target penjualan, sehingga jika dipaksakan berlayar akan mengalami kerugian yang besar. Ini berkaitan dengan biaya operasional kapal pesiar yang memang besar. Ia menegaskan bahwa jaringannya di dunia internasional menyebutkan bahwa para pelancong dan operator kapal pesiar tidak pernah ragu dengan keamanan di Indonesia. Bahkan beberapa waktu lalu ada kunjungan dari petinggi operator kapal pesiar datang ke Indonesia.

"Mereka merasa nyaman berada di Indonesia. Mereka juga tinggal beberapa waktu di Gili Trawangan dan kemudian pindah ke lokasi lain. Saya tanya apakah ada kemungkinan membatalkan kunjungan ke Indonesia karena alasan keamanan, mereka jawab tidak mungkin," katanya. Menurutnya, kapal pesiar yang berlayar ke suatu negara itu ibaratnya negara yang sedang berjalan, karena itu masalah keamanan sangat diperhatikan. Semua operator juga memiliki orang yang memantau keamanan suatu negara yang akan dikunjungi. "Ada tim yang memantau terlebih dahulu di negara yang akan dikunjungi. Tim itu kemudian memberikan laporan ke pusat operator. Di sana laporan itu dibahas, lalu kapal itu berangkat," katanya. (Ant/OL-7)

-

Arsip Blog

Recent Posts