Anyer, Banten - Sebanyak 200 turis Eropa berwisata bahari ke Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Mereka melihat secara langsung letusan dan asap kelabu kehitam-hitaman dari jarak lima kilometer.
"Dua hari lalu, sebanyak 200 wisatawan mendatangi GAK (Gunung Anak Krakatau)," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten Egy Djanusiwati, Jumat (12/11/2010).
Dia menjelaskan, fenomena letusan GAK yang berstatus ’waspada’ atau level II tidak menyurutkan keinginan wisatawan yang hendak berlibur dan melancong ke Anyer, Carita. "Ini bukti bahwa dunia pariwisata Banten tidak mati, justru sebaliknya membawa dampak positif bagi Banten dengan adanya GAK," katanya.
Namun dia mengakui, dengan kondisi GAK saat ini, ada sejumlah tamu asing dan domestik yang membatalkan kunjungannya ke Anyer dan Carita.
"Ya, beberapa waktu lalu karena adanya informasi dari salah satu televisi swasta, bahwa akan ada tsunami di Anyer, sejumlah peserta Festival Internasional Pemuda dan Olahraga Bahari dan tamu hotel pulang dan membatalkan wisata," katanya.
Untuk mengangkat wisata Banten dan menggembalikan serta menarik wisatawan ke Banten, ia akan terus menggalakkan promosi wisata Banten dengan menjual GAK.
"Sekarang sudah berlangsung, kami menggalakkan promosi wisata walaupun secara geografis Gunung Krakatau berada di Provinsi Lampung," katanya.
Secara terpisah, Kepala Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menjelaskan, letusan GAK yang sudah terjadi pada tanggal 28 Oktober lalu cukup indah dilihat dari jarak aman.
"Pemerintah daerah memang seharusnya menjual letusan GAK sebagai wisata ke turis Eropa, seperti Belanda," katanya. Keberadaan gunung berapi di Indonesia, katanya, bagi warga Eropa merupakan hal yang unik dan langka.
"Bagi mereka, gunung seperti itu jika dilihat suatu pemandangan yang indah, sepanjang tidak mendekat pada radius dua kilometer," katanya.
Sekadar tambahan, Krakatau belakangan ngetop di level internasional berkat novel berjudul Krakatoa karangan Simon Winchester tahun 2003. Ia mengangkat kisah seputar letusan dahsyat Krakatau pada 27 Agustus 1883.
Sumber: http://travel.kompas.com