Ambon - Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Ambon mulai melirik potensi wisata sejarah dan budaya yang dimiliki negeri-negeri adat di ibu kota provinsi Maluku itu untuk dikembangkan menjadi objek wisata menarik, dan langka, serta awalnya akan dimulai dari Desa Soya, Kecamatan Sirimau.
Kepala Dispar Kota Ambon John Sapthu, saat dikonfirmasi di Ambon, Sabtu (15/3), membenarkan pihaknya mulai melirik beragam objek wisata sejarah dan budaya yang ada di wilayah itu untuk dikembangkan menjadi objek wisata guna menarik minat kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara.
“Desa Soya merupakan desa adat tertua di Kota Ambon dan memiliki banyak situs sejarah dan kebudayaan yang hingga kini masih terus dilestarikan masyarakat setempat dan belum terkontaminasi budaya asing yang semakin gencar masuk ke tanah air,” katanya.
Dispar Kota ambon bekerja sama dengan Universitas Pattimura, telah melakukan survei terhadap situs-situs sejarah kepurbakalaan yang ada di Desa Soya. "Kami sudah melakukan survei kepurbakalaan untuk menghimpun dan mengidentifikasi data-data sejarah yang ada di Desa Soya, guna dijadikan pembuktian dalam kaitan pengembangan objek wisata sejarah," ujarnya.
Salah satu situs sejarah yang ada di Desa Soya adalah `Tempayan Tua Soya` yang terletak di puncak Gunung Sirimau. Tempayan ini memiliki keunikan tersendiri yaitu air yang selalu penuh di dalamnya dan tidak pernah kering kendati pada musim kemarau.
"Air di dalam tempayan ini bisa juga untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit," kata Sapthu.
Selain Tempayan Tua, Desa Soya juga memiliki beberapa Batu Pamale atau Batu Teung sesuai jumlah soa (kepala marga-red) yang ada di Negeri Soya.
Kelompok batu datar (Dolmen) atau batu teung ini, menandai kedatangan kelompok-kelompok asli penduduk Soya, yang menurut fakta sejarah kelompok asli Desa Soya berasal dari Pulau Seram dan Jawa.
"Dari batu teung ini diketahui asal mata rumah atau marga itu terbentuk. Penduduk asli negeri Soya juga mempunyai sejumlah rumah tua yang hingga kini masih dipertahankan sesuai dengan arsitektur aslinya sejak dahulu," katanya.
Desa Soya juga memiliki Baileo (rumah adat-red) serta Gereja Tua. Gereja Tua di Desa Soya ini pernah terbakar ketika desa ini diserang sekelompok orang saat konflik tahun 2002 lalu, tetapi telah dibangun dan dipugar kembali dengan mempertahankan arsitektur aslinya yang bergaya Eropa.
Sapthu berharap Desa Soya dapat menjadi salah satu objek wisata sejarah yang ramai dikunjungi para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Secara administratif desa Soya berada dalam wilayah kecamatan Sirimau Kota Ambon. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Hutumury, Kecamatan Leitimur Selatan, sebelah barat dengan Desa Urimessing, Kecamatan Nusaniwe, sebelah selatan dengan Desa Naku, Kecamatan Leitimur Selatan dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Hatiwe Kecil, Kecamatan Sirimau serta Desa Halong dan Passo, Kecamatan Baguala.
Sedangkan posisi geografis Desa Soya berada pada ketinggian 200 meter di atas permukaan air laut, tepat di bawah puncak Gunung Sirimau, Ambon. Untuk mencapai Desa Soya, dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan lama perjalanan sekitar 10 menit dari pusat Kota Ambon.
Sumber: Antara News (18 Maret 2008)