Yogyakarta - Dewan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta masih mengkaji gagasan penyelenggaraan Festival Labuhan Gunung Merapi sebagai acara yang mengiringi upacara adat Labuhan Merapi yang digelar secara rutin oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Jadi, kegiatan itu bukan hanya upacara labuhan semata, tetapi juga perlu direkayasa sedemikian rupa untuk memberdayakan masyarakat sekitar," kata anggota Dewan Kebudayaan DIY Sumaryono di Yogyakarta, Selasa Malam.
Sumaryono mengatakan, sebelumnya Gubernur DIY Sri Sultan HB X pernah mengungkapkan keinginannya agar Festival Labuhan Gunung Merapi dapat diwujudkan seperti Festival Api di Gunung Fuji, Jepang, yang dinilai unik, namun tetap dikelola secara tradisional sehingga cukup signifikan mendorong tingkat kunjungan wisatawan di Jepang.
"Kira-kira bisa tidak Merapi dibuat seperti itu," kata Sumaryono menirukan perkataan Sultan.
Menurut dia, hingga saat ini Dewan Kebudayaan DIY masih melakukan studi terhadap kemungkinan pelaksanaan festival itu. Terkait hal itu, ia juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan DIY, Pemkab Sleman, serta para tokoh di Gunung Merapi. "Saat ini kami masih melakukan studi, itu kan tidak gampang," kata dia.
Meski belum memastikan kapan dapat terlaksana, ia optimistis Festival Labuhan Gunung Merapi dapat dilaksanakan dengan melibatkan peran masyarakat sekitar Merapi.
Acara itu, menurut dia, sangat potensial menambah lama tinggal wisatawan lokal maupun mancanegara, sebab untuk menyaksikan prosesi arak-arakan pengangkatan uba rampe oleh abdi dalem ke Bangsal Srimanganti, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada pagi hari mereka juga rela menginap.
"Kalau bisa seminggu sebelum acara labuhan, sudah ada sesuatu," kata dia.
Kendati demikian, menurut Sumaryono, apabila Festival Labuhan itu terlaksana, jangan sampai justru mendesakralisasi upacara inti Labuhan Merapi. "Jangan sampai festivalnya yang menonjol," kata Sumaryono yang juga dosen seni tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Sumber: http://nasional.republika.co.id