Surabaya, Jatim - Melestarikan warisan budaya yang setia pada peninggalan nenek moyang sebagai penghargaan tersendiri bagi Wury, panggilan akrab pemilik kain batik Tanjung Bumi yang bernama lengkap Wurrotul Muhajjalah. Dia menceritakan, totalitas dalam menekuni dunia seni membatik, mulai dari keluatga dan sudah menjadi mata pencaharian yang turun temurun dari latar belakang keluarga sudah menyukai batik.
"Sejak kecil mengenal ilmu tentang dunia seni membatik, ya dari orang tua, saya merupakan keturunan ke-4 yang meneruskan usaha batik ini. Kain batik sendiri memiliki nilai kultur yang sangat kuat dan dominan serta mempunyai ragam budaya yang di apresiasikan dalam motif batik itu sendiri, batik Tanjung Bumi juga sering di kenal batik pesisir karena keberadaan nya,” jelasnya, Selasa (26/1).
Ketekunan dan kesabaran yang membuatnya menjadi seperti sekarang, Wury menambahkan masih relatif sedikit yang mau berkunjung ke sentra batik Madura. Dijadikan sebagai kampong sentra batik di Tanjung Bumi lantaran bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakatnya sendiri sangat lekat dengan budaya membatik. Namun, tak sedikit sebutnya, peminat batik dari mancanegara sering mampir dan melihat langsung proses pembuatan kain batik mulai bentuk kain sampai pemotif an corak batik.
Para wisatawan mancanegara langsung tertarik dan membelinya. Meski lokasinya bukan di jalan utama, para pembeli tak kesulitan. Sebab, daerah Tanjung Bumi sejak dulu sudah terkenal sebagai sentra industri kecil batik dan menjadi objek tujuan wisata sekaligus.
Menurutnya, kain batik yang berkembang di Madura terbagi menjadi 4 bagian wilayah yaitu Sampang, Pamekasan, Bangkalan( kec.Tanjung Bumi) dan Sumenep, salah satunya adalah batik Gentongan, yang kerap dikenal batik yang mempunyai khas tersendiri, mulai dari latarnya, cara pewarnaan dan motif pembatik itu sendiri.
Hal ini juga dipertegas Wury, konon pada zaman dahulu para leluhur untuk membuat batik di butuhkan proses yang cukup panjang antara 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Itulah mengapa, harga yang ditawarkan masih sangat jauh dibandingkan proses pembuatannya. Pada prinsipnya, batik adalah salah satu wujud perpaduan Seni dan cinta akan budaya masing-masing daerah. Keberagaman corak, motif menjadi sebuah kemampuan agi sebagian warga penduduk asli Madura membuat kain batik.
“Bekerja sebagai perajin batik tulis, keterampilan membatik ini sudah menjadi warisan secara turun menurun, sehingga sudah menjadi pemandangan yang wajar jika banyak remaja di desa kami mahir membatik, dahulu batik ini diperlakukan sebagai barang berharga layaknya emas atau tabungan dan diwariskan kepada anak cucu dan siap jadi produk andalan daerah untuk dikembangkan dari masa ke masa,” pungkasnya.
Berpegang pada cara klasik membatik dari sisi luar dan sisi dalam kain adalah salah satu proses yang masih kami lakukan di desa kami, sambungnya. Berbagai macam motif dan corak batik khas tanjung bumi, seperti motif sisik malaya, sekoh, sisik amparan, sarpoteh, panjikereng, panji suci, dan masih banyak motif lain siap beradu di pasar bebas MEA tahun ini. Harganya pun terjangkau, bahkan image batik tulis mahal tidak berlaku di sini.
Sumber: http://www.beritametro.co.id