Bali perlu mengembangkan media untuk berekspresi sebagai upaya mendorong dan menggairahan anak-anak maupun remaja dalam merestarikan seni budaya Bali, di tengah kekhawatiran semakin derasnya pengaruh budaya asing di Pulau Dewata.
"Sanggar Belege yang didukung Pemerintah Kabupaten Gianyar, misalnya, merupakan salah satu contoh yang telah mampu mengembangkan media tersebut, yakni dengan menggelar lomba seni tari anak-anak dan remaja se Bali belum lama ini," kata Kadek Suartaya SSKar MSI, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Jumat.
Lomba yang digelar sanggar tersebut tercatat diikuti tidak kurang dari 300 peserta.
Suartaya yang juga pengamat masalah seni di Pulau Dewata, menilai rintisan yang dilakukan Sanggar Blege pekan lalu, merupakan sebuah media baru yang mampu membangkitkan kegairahan anak-anak dan remaja dalam melestarikan warisan leluhurnya.
"Anak-anak dan remaja tentu akan mempersiapkan diri secara matang sebelum mengikuti perlombaan itu," ujar Suartaya.
Tanpa ada kegiatan lomba, tentu mereka kurang bergairah untuk belajar atau berlatih seni. Oleh sebab itu, ia mengharapkan setiap sanggar maupun pemerintah kabupaten/kota se Bali dapat mengembangkan media lomba sebagai salah satu pola pembinaan seni budaya Bali.
"Kalau hanya mengandalkan Pesta Kesenian Bali (PKB), baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi yang hanya sekali dalam setahun, anak-anak dan remaja akan kekurangan media untuk mengapresiasikan kemampuannya," katanya.
Mengingat itu, kegiatan lomba tari anak-anak dan remaja se Bali yang dirintis Sanggar Belege Gianyar dapat dilanjutkan secara berkesinambungan oleh sanggar-sanggar seni lainnya.
"Gagasan dan inisiatif dari berbagai kalangan dalam membangkitkan minat seni di kalangan masyarakat, perlu mendapat sambutan secara positif," harap Suartaya.
Ia menilai, seni budaya yang kini masih eksis di tengah perkembangan pariwisata Bali yang cukup pesat, merupakan seni yang erat kaitannya dengan kepentingan ritual dan adat yang dilaksanakan masyarakat Pulau Dewata.
"Tiada hari tanpa kegiatan ritual di Bali, dan setiap pelaksanaan upacara keagamaan di tingkat rumah tangga dan desa adat itu dilengkapi dengan pementasan kesenian," tutur Kadek Suartaya. (srs/SRS/ant)
Sumber: http://vibizdaily.com
"Sanggar Belege yang didukung Pemerintah Kabupaten Gianyar, misalnya, merupakan salah satu contoh yang telah mampu mengembangkan media tersebut, yakni dengan menggelar lomba seni tari anak-anak dan remaja se Bali belum lama ini," kata Kadek Suartaya SSKar MSI, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Jumat.
Lomba yang digelar sanggar tersebut tercatat diikuti tidak kurang dari 300 peserta.
Suartaya yang juga pengamat masalah seni di Pulau Dewata, menilai rintisan yang dilakukan Sanggar Blege pekan lalu, merupakan sebuah media baru yang mampu membangkitkan kegairahan anak-anak dan remaja dalam melestarikan warisan leluhurnya.
"Anak-anak dan remaja tentu akan mempersiapkan diri secara matang sebelum mengikuti perlombaan itu," ujar Suartaya.
Tanpa ada kegiatan lomba, tentu mereka kurang bergairah untuk belajar atau berlatih seni. Oleh sebab itu, ia mengharapkan setiap sanggar maupun pemerintah kabupaten/kota se Bali dapat mengembangkan media lomba sebagai salah satu pola pembinaan seni budaya Bali.
"Kalau hanya mengandalkan Pesta Kesenian Bali (PKB), baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi yang hanya sekali dalam setahun, anak-anak dan remaja akan kekurangan media untuk mengapresiasikan kemampuannya," katanya.
Mengingat itu, kegiatan lomba tari anak-anak dan remaja se Bali yang dirintis Sanggar Belege Gianyar dapat dilanjutkan secara berkesinambungan oleh sanggar-sanggar seni lainnya.
"Gagasan dan inisiatif dari berbagai kalangan dalam membangkitkan minat seni di kalangan masyarakat, perlu mendapat sambutan secara positif," harap Suartaya.
Ia menilai, seni budaya yang kini masih eksis di tengah perkembangan pariwisata Bali yang cukup pesat, merupakan seni yang erat kaitannya dengan kepentingan ritual dan adat yang dilaksanakan masyarakat Pulau Dewata.
"Tiada hari tanpa kegiatan ritual di Bali, dan setiap pelaksanaan upacara keagamaan di tingkat rumah tangga dan desa adat itu dilengkapi dengan pementasan kesenian," tutur Kadek Suartaya. (srs/SRS/ant)
Sumber: http://vibizdaily.com