Panil Gaya Tari di Relief Prambanan

Jakarta - Ada satu panil dari 62 panil candi sisi luar pagar Candi Siwa dan Prambanan merujuk pada gerak tari ”lokal”. Sisanya dapat dikembalikan pada rincian gerak-gerak tari tandava, tari klasik India, sebagaimana digambarkan dalam kitab Bharata Natyasastra.

Demikian diungkapkan mantan Dirjen Kebudayaan Edi Sedyawati, yang kini di Komunitas Budaya Indonesia dalam kajian tentang Candi Prambanan, yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (22/1). ”Hanya ada satu di antara 62 panil yang ada yang tidak cocok dengan kaidah kitab itu,” katanya.

Gaya ”lokal” ditandai sikap tungkai sejajar ke arah depan. Gaya tandava memperlihatkan sikap dasar tungkai membuka ke luar; kaki kanan ditekuk, lutut ke arah samping kanan, dan kaki kiri ditekuk, lutut ke samping kiri.

Menurut Edi, hal itu memberikan isyarat bahwa gaya itu memang ada dan hidup di zaman bersangkutan, serta juga punya kaidah sendiri, meskipun tidak ada sesuatu yang tertulis yang kini sampai ke kita.

Gaya tari ”lokal” juga tampak pada beberapa relief Candi Borobudur—pada adegan tertentu pertunjukan tarian atau musik, baik gaya ”lokal” maupun klasik tandava. Hal itu menandai suatu budaya yang ”hidup” di mana berbagai gaya bertemu.

Rahadhian PH, arsitek dan dosen di Unpar, Bandung, yang mengkaji Candi Prambanan dan Candi Sewu dalam Perspektif Arsitektur pada seminar Pameran Candi Prambanan, Sabtu lalu di BBJ, mengatakan, referensi desain teknologi arsitektur candi adalah India. ”Walaupun demikian, masih harus diteliti lagi mengingat local genius juga berperan di dalamnya,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko, Purnomo Siswoprasetjo menegaskan, setelah Bali kawasan Candi Prambanan berpotensi menjadi lokomotif promosi ”Visit Indonesia Year” ke pasar domestik dan internasional. Namun, kampanye promosinya harus optimal, sistematis, dan terpadu.

Kompleks Candi Prambanan ditetapkan sebagai World Culture Heritage UNESCO World Heritage Committee pada 1991. Pengamat pariwisata, Ridwan, mengatakan, Indonesia adalah negara yang kaya raya, tetapi kita tidak paham bagaimana aset ini harus dikelola dan dibangun, baik dalam sisi infrastruktur maupun komunikasi publik. (NAL)

Sumber: http://cetak.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts