Klaten - Sebanyak 4,5 ton kue apem disebarkan dalam upacara adat "Yaa-Qowiyyu" yang diselenggarakan di Sendang Plampeyan, Kelurahan/Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat.
Upacara "Yaa-Qowiyyu" yang merupakan tradisi sejak zaman Mataram Islam oleh Kiai Ageng Gribig dalam penyebaran agama itu dihadiri puluhan ribu orang yang akan memperebutkan kue apem tersebut.
Massa mulai berdatangan dan berkumpul di Sendang Plampeyan Jatinom sejak pukul 11:00 WIB. Mereka dengan sabar menunggu hingga dimulainya acara sebar kue apem yang digelar sekitar pukul 14:00 WIB atau sehabis shalat Jumat di Masjid Gede di Jatinom.
Dua gunungan kue apem yang akan disebarkan diarak dari Masjid Gede hingga ke lokasi di Sendang Plampeyan dan secara simbolis dibuka Bupati Klaten Sunarna. Para santri mengenakan baju warna putih lalu mulai menyebarkan kue apem yang sudah dipersiapkan di dua panggung di lokasi tersebut.
Massa yang datang dari berbagai daerah di Surakarta tersebut sudah menunggu di bawah panggung untuk merebutkan kue apem yang totalnya sekitar 4,5 ton.
Lurah Jatinom Suharji mengatakan, upacara adat Yaa-Qowiyuu yang berarti Maha Kuat ini, sudah menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat setempat setiap pertengahan bulan Sapar, mengikuti apa yang dilakukan seorang ulama Kiai Ageng Gribig.
Menurut Suharji, tradisi Yaa-Qiwiyyu dengan penyebaran kue apem dilakukan ketika Kiai Ageng Gribig datang dari shalat Jumat di Mekah dengan membawa oleh-oleh sepasang kue apem. Padahal, dua kue itu, jika dibagikan kepada para santrinya tidak akan cukup.
Oleh karena itu, dua kue apem tersebut dihancurkan dengan adonan tepung beras lalu dibuat kue apem yang dibagikan kepada para santrinya dan tradisi itu dilakukan masyarakat setempat hingga sekarang. "Kue apem yang disebarkan kepada masyarakat tahun ini, sebanyak 4,5 ton atau sekitar 38 ribu kue apem," katanya.
Menurut dia, tradisi Yaa-Qiwiyyu menurut keyakinan warga sekitar, jika mereka mendapatkan kue apem sebagai barokah. Kue apem itu, lalu dibawa pulang untuk ditanam di sawah mereka supaya menjadi subur sehingga kehidupan mereka menjadi sejahtera dan makmur.
Salah seorang pengunjung, Wagiman (39) warga Desa Padas, Jatinom mengatakan, dirinya selalu menghadiri upacara tradisi sebar kue apem yang disebut Yaa-Qowiyyu untuk merebutkan kue tersebut. "Saya yakin jika mendapatkan kue apem yang disebarkan oleh para kerabat Kiai Ageng Gribig akan mendapat barokah.
"Kue apem ini akan saya tanam di lahan tanaman padinya agar dapat hidup subur dan menghasilkan gabah yang melimpah," kata Wagiman.
Camat Jatinom, Jaka Purwanta selaku panitia kegiatan Yaa-Qowiyyu menjelaskan, jumlah pengunjung diperkirakan sekitar 50 ribu orang, tidak hanya dari Klaten, tetapi masyarakat dari luar daerah juga banyak menghadiri acara ini.
Oleh karena itu, pihaknya meminta bantuan aparat kepolisian setempat dengan menurunkan sekitar 100 personel untuk berjaga-jaga dalam upacara penyebaran apem tersebut. Selain itu juga melibatkan puluhan personel Linmas untuk membantu pengamanan.
Sementara massa selain merebutkan kue apem, mereka sebagian juga ada yang melakukan ziarah di makam Kiai Ageng Gribig yang terletak di sekitar Masjid Gede di desa tersebut. Mereka sampai berdesak-desakan untuk mendapatkan tempat antrean untuk berziarah di makam itu.
Sumber: http://oase.kompas.com
Upacara "Yaa-Qowiyyu" yang merupakan tradisi sejak zaman Mataram Islam oleh Kiai Ageng Gribig dalam penyebaran agama itu dihadiri puluhan ribu orang yang akan memperebutkan kue apem tersebut.
Massa mulai berdatangan dan berkumpul di Sendang Plampeyan Jatinom sejak pukul 11:00 WIB. Mereka dengan sabar menunggu hingga dimulainya acara sebar kue apem yang digelar sekitar pukul 14:00 WIB atau sehabis shalat Jumat di Masjid Gede di Jatinom.
Dua gunungan kue apem yang akan disebarkan diarak dari Masjid Gede hingga ke lokasi di Sendang Plampeyan dan secara simbolis dibuka Bupati Klaten Sunarna. Para santri mengenakan baju warna putih lalu mulai menyebarkan kue apem yang sudah dipersiapkan di dua panggung di lokasi tersebut.
Massa yang datang dari berbagai daerah di Surakarta tersebut sudah menunggu di bawah panggung untuk merebutkan kue apem yang totalnya sekitar 4,5 ton.
Lurah Jatinom Suharji mengatakan, upacara adat Yaa-Qowiyuu yang berarti Maha Kuat ini, sudah menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat setempat setiap pertengahan bulan Sapar, mengikuti apa yang dilakukan seorang ulama Kiai Ageng Gribig.
Menurut Suharji, tradisi Yaa-Qiwiyyu dengan penyebaran kue apem dilakukan ketika Kiai Ageng Gribig datang dari shalat Jumat di Mekah dengan membawa oleh-oleh sepasang kue apem. Padahal, dua kue itu, jika dibagikan kepada para santrinya tidak akan cukup.
Oleh karena itu, dua kue apem tersebut dihancurkan dengan adonan tepung beras lalu dibuat kue apem yang dibagikan kepada para santrinya dan tradisi itu dilakukan masyarakat setempat hingga sekarang. "Kue apem yang disebarkan kepada masyarakat tahun ini, sebanyak 4,5 ton atau sekitar 38 ribu kue apem," katanya.
Menurut dia, tradisi Yaa-Qiwiyyu menurut keyakinan warga sekitar, jika mereka mendapatkan kue apem sebagai barokah. Kue apem itu, lalu dibawa pulang untuk ditanam di sawah mereka supaya menjadi subur sehingga kehidupan mereka menjadi sejahtera dan makmur.
Salah seorang pengunjung, Wagiman (39) warga Desa Padas, Jatinom mengatakan, dirinya selalu menghadiri upacara tradisi sebar kue apem yang disebut Yaa-Qowiyyu untuk merebutkan kue tersebut. "Saya yakin jika mendapatkan kue apem yang disebarkan oleh para kerabat Kiai Ageng Gribig akan mendapat barokah.
"Kue apem ini akan saya tanam di lahan tanaman padinya agar dapat hidup subur dan menghasilkan gabah yang melimpah," kata Wagiman.
Camat Jatinom, Jaka Purwanta selaku panitia kegiatan Yaa-Qowiyyu menjelaskan, jumlah pengunjung diperkirakan sekitar 50 ribu orang, tidak hanya dari Klaten, tetapi masyarakat dari luar daerah juga banyak menghadiri acara ini.
Oleh karena itu, pihaknya meminta bantuan aparat kepolisian setempat dengan menurunkan sekitar 100 personel untuk berjaga-jaga dalam upacara penyebaran apem tersebut. Selain itu juga melibatkan puluhan personel Linmas untuk membantu pengamanan.
Sementara massa selain merebutkan kue apem, mereka sebagian juga ada yang melakukan ziarah di makam Kiai Ageng Gribig yang terletak di sekitar Masjid Gede di desa tersebut. Mereka sampai berdesak-desakan untuk mendapatkan tempat antrean untuk berziarah di makam itu.
Sumber: http://oase.kompas.com