Sabang memang tidak sama dengan Bali. Tapi wilayah kepulauan di ujung barat wilayah Indonesia ini memiliki panorama alam yang populer disebut ’surga bawah laut’ di kawasan Pulau Rubiah dan Iboih.
Hamparan pasir putih sepanjang pandangan mata seakan menjadi garis pemisah antara daratan dengan perairan laut. Pantai berpasir putih itu menjadi modal menarik minat kunjungan orang ke pulau di Provinsi Aceh.
Di sepanjang pantai berpasir putih itu memang tidak ada bule berpakaian bikini berjemur, beda dengan Pulau Dewata Bali karena aturan tidak diperbolehkan di negeri yang menjalankan Syariat Islam tersebut.
Itu membedakan antara Pulau Bali dengan Sabang. Kalau objek wisatanya sudah mendukung, tapi kunjungan wisman masih minim. Tidak semestinya pula hamparan pasir putih di pantai itu belum disebut objek wisata jika tanpa ada orang berpakaian bikini berjemur seperti di Bali.
Objek wisata di Sabang masih alami, baik potensi yang terkandung di daratan (gunung) maupun perairan lautnya. “Salah jika orang menilai pelaksanaan Syariat Islam menjadi salah satu hambatan memajukan sektor pariwisata di Aceh, khususnya di Sabang,” kata Kepala Dinas Pariwsata Sabang, Helmi Ali.
Siapapun boleh berenang di laut dan berjemur di pantai, asalkan tidak berpakaian bikini yang mencolok pandangan mata. “Tidak ada larangan jika wanita berpakaian sopan, misalnya berpakaian renang berjemur di pantai. Kita juga punya lokasi khusus bagi bule-bule itu, tapi masih sebatas wajar,” kata dia.
Sederetan objek wisata yang menjadi aset atau andalan menarik kunjungan wisatawan, antara lain Pulau Iboih, Rubiah, Klah, Lhueng Angen, pantai Tapak Gajah, Anoe Itam dan pemandian air panas.
Para wisatawan juga akan disuguhkan sebuah pemandangan menakjubkan yakni matahari tenggelam (sunset) jika berada di Tugu Kilometer Nol (0) ketika menjelang senja.
Tugu titik nol Indonesia ujung paling barat di Desa Ujung Ba`U tersebut berjarak sekitar 29 kilometer dari pusat Kota Sabang. Objek wisata titik nol tersebut sebelumnya dilengkapi dengan penunjuk arah negara ke berbagai belahan dunia.
Akan tetapi, penunjuk arah tersebut kini tidak lagi dijumpai di komplek tugu titik Nol Indonesia yang diresmikan Wakil Presiden RI Try Sutrisno di Banda Aceh pada tanggal 9 September 1997.
Peresmian di Kota Banda Aceh itu dikarenakan Wapres Try Sutrisno tidak berani datang langsung ke Sabang serta pergi ke Kilometer Nol. Kemudian, dalam rangka peresmian Tugu Kilometer Nol itu maka diadakan Jambore Iptek di pantai Gapang yang dihadiri BJ Habibie saat menjabat Menristek serta Syamsuddin Mahmud (Gubernur Aceh saat itu).
Selain panorama alam, sebuah pulau yang bernama Pulau Weh juga memiliki objek wisata sejarah berupa benteng-benteng peninggalan zaman Portugis, Belanda dan Jepang.
“Sabang tidak hanya menawarkan objek wisata alam, tapi juga terkenal dengan sebutan kota seribu benteng yang menghadap ke laut lepas, mulut Selat Malaka,” kata anggota DPRK Sabang, Muntadhir.
Tapi sayang, objek wisata sejarah benteng tersebut tidak pernah dirawat dan saat ini menjadi “kandang” hewan dan diselimuti rumput dan pohon liar.
Bahkan ada di antara benteng-benteng tersebut kini terancam ambruk ke laut, seperti di kawasan Sumur Tiga Kota Sabang.
Sabang juga telah ditetapkan sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Aceh yang berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa tersebut. (*an/ham)
Sumber: http://matanews.com
Hamparan pasir putih sepanjang pandangan mata seakan menjadi garis pemisah antara daratan dengan perairan laut. Pantai berpasir putih itu menjadi modal menarik minat kunjungan orang ke pulau di Provinsi Aceh.
Di sepanjang pantai berpasir putih itu memang tidak ada bule berpakaian bikini berjemur, beda dengan Pulau Dewata Bali karena aturan tidak diperbolehkan di negeri yang menjalankan Syariat Islam tersebut.
Itu membedakan antara Pulau Bali dengan Sabang. Kalau objek wisatanya sudah mendukung, tapi kunjungan wisman masih minim. Tidak semestinya pula hamparan pasir putih di pantai itu belum disebut objek wisata jika tanpa ada orang berpakaian bikini berjemur seperti di Bali.
Objek wisata di Sabang masih alami, baik potensi yang terkandung di daratan (gunung) maupun perairan lautnya. “Salah jika orang menilai pelaksanaan Syariat Islam menjadi salah satu hambatan memajukan sektor pariwisata di Aceh, khususnya di Sabang,” kata Kepala Dinas Pariwsata Sabang, Helmi Ali.
Siapapun boleh berenang di laut dan berjemur di pantai, asalkan tidak berpakaian bikini yang mencolok pandangan mata. “Tidak ada larangan jika wanita berpakaian sopan, misalnya berpakaian renang berjemur di pantai. Kita juga punya lokasi khusus bagi bule-bule itu, tapi masih sebatas wajar,” kata dia.
Sederetan objek wisata yang menjadi aset atau andalan menarik kunjungan wisatawan, antara lain Pulau Iboih, Rubiah, Klah, Lhueng Angen, pantai Tapak Gajah, Anoe Itam dan pemandian air panas.
Para wisatawan juga akan disuguhkan sebuah pemandangan menakjubkan yakni matahari tenggelam (sunset) jika berada di Tugu Kilometer Nol (0) ketika menjelang senja.
Tugu titik nol Indonesia ujung paling barat di Desa Ujung Ba`U tersebut berjarak sekitar 29 kilometer dari pusat Kota Sabang. Objek wisata titik nol tersebut sebelumnya dilengkapi dengan penunjuk arah negara ke berbagai belahan dunia.
Akan tetapi, penunjuk arah tersebut kini tidak lagi dijumpai di komplek tugu titik Nol Indonesia yang diresmikan Wakil Presiden RI Try Sutrisno di Banda Aceh pada tanggal 9 September 1997.
Peresmian di Kota Banda Aceh itu dikarenakan Wapres Try Sutrisno tidak berani datang langsung ke Sabang serta pergi ke Kilometer Nol. Kemudian, dalam rangka peresmian Tugu Kilometer Nol itu maka diadakan Jambore Iptek di pantai Gapang yang dihadiri BJ Habibie saat menjabat Menristek serta Syamsuddin Mahmud (Gubernur Aceh saat itu).
Selain panorama alam, sebuah pulau yang bernama Pulau Weh juga memiliki objek wisata sejarah berupa benteng-benteng peninggalan zaman Portugis, Belanda dan Jepang.
“Sabang tidak hanya menawarkan objek wisata alam, tapi juga terkenal dengan sebutan kota seribu benteng yang menghadap ke laut lepas, mulut Selat Malaka,” kata anggota DPRK Sabang, Muntadhir.
Tapi sayang, objek wisata sejarah benteng tersebut tidak pernah dirawat dan saat ini menjadi “kandang” hewan dan diselimuti rumput dan pohon liar.
Bahkan ada di antara benteng-benteng tersebut kini terancam ambruk ke laut, seperti di kawasan Sumur Tiga Kota Sabang.
Sabang juga telah ditetapkan sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Aceh yang berpenduduk sekitar 4,6 juta jiwa tersebut. (*an/ham)
Sumber: http://matanews.com