Medan - Badan Pelestarian Pusaka Indonesia menawarkan kurikulum pusaka budaya lokal di Kota Medan. Kurikulum ini akan menjadi dasar bagi siswa untuk mengenal kekayaan budaya setempat. Medan adalah salah satu kota yang masuk dalam jaringan pusaka.
”Kurikulum pusaka ini dibuat dengan melibatkan para guru. Kami mengajak rekan pegiat pelestari budaya lokal di Sumatera Utara membantu merealisasikannya,” tutur Direktur Eksekutif BPPI Catrini P Kubontubuh di Medan, Rabu (27/1).
Catrini mengatakan, kurikulum pusaka layak direalisasikan terutama di daerah yang memiliki kekayaan pusaka budaya lokal. Medan merupakan salah satu kota yang tergabung dalam jaringan kota pusaka se-Indonesia bersama 35 kota lain. Sebagian besar kota ini, tuturnya, memiliki potensi kekayaan pusaka budaya yang pemerintahnya memiliki kepedulian menjaga. Lantaran itu, BPPI sedang mencari masukan tentang rencana ini di Medan.
Catrini mengatakan, kota pertama di Indonesia yang bekerja sama dengan BPPI dalam menerapkan kurikulum pusaka budaya adalah Kota Yogyakarta. Program ini sudah berjalan dua tahun dengan melibatkan 13 sekolah dasar (SD). Para guru setempat terlibat dalam menyusun program, melaksanakan kurikulum di sekolah, dan mengevaluasi program.
Para guru juga mendapat kesempatan membuat buku sendiri tentang budaya lokal dibantu oleh tim kreatif. Buku tersebut yang menjadi acuan belajar siswa mengenal pusaka budaya lokal. Buku-buku karya guru di Yogyakarta, di antaranya tentang bakpia Yogya, selokan Mataram, tiwul makanan kesukaanku, dan Taman Siswa.
”Sejauh ini antusiasme guru luar biasa. Mereka banyak membantu,” katanya.
Dewan Pimpinan BPPI Suhadi Winoto mengatakan, masyarakat perlu dibuka wawasannya tentang pengertian pusaka. Pusaka budaya mestinya juga menyangkut alam, bangunan, dan seni budaya.
Kurikulum pusaka ini, tuturnya, lebih banyak dikenalkan melalui proses dinamis yang menyenangkan dalam artian yang lebih luas.
”Harapan kami, murid yang mengikuti program ini mengerti tentang pusaka budayanya sendiri,” katanya. Jika mereka kelak dewasa, apalagi menjadi pemangku kepentingan, mereka bisa mengeluarkan kebijakan yang berbasis pusaka budaya.
Sekretaris Badan Warisan Sumatera (BWS) Rika Susanto merespons positif rencana ini. Sebagian pemangku kepentingan perlu mendapat informasi yang baik mengenai pelestarian pusaka budaya lokal. (NDY)
Sumber: http://cetak.kompas.com
”Kurikulum pusaka ini dibuat dengan melibatkan para guru. Kami mengajak rekan pegiat pelestari budaya lokal di Sumatera Utara membantu merealisasikannya,” tutur Direktur Eksekutif BPPI Catrini P Kubontubuh di Medan, Rabu (27/1).
Catrini mengatakan, kurikulum pusaka layak direalisasikan terutama di daerah yang memiliki kekayaan pusaka budaya lokal. Medan merupakan salah satu kota yang tergabung dalam jaringan kota pusaka se-Indonesia bersama 35 kota lain. Sebagian besar kota ini, tuturnya, memiliki potensi kekayaan pusaka budaya yang pemerintahnya memiliki kepedulian menjaga. Lantaran itu, BPPI sedang mencari masukan tentang rencana ini di Medan.
Catrini mengatakan, kota pertama di Indonesia yang bekerja sama dengan BPPI dalam menerapkan kurikulum pusaka budaya adalah Kota Yogyakarta. Program ini sudah berjalan dua tahun dengan melibatkan 13 sekolah dasar (SD). Para guru setempat terlibat dalam menyusun program, melaksanakan kurikulum di sekolah, dan mengevaluasi program.
Para guru juga mendapat kesempatan membuat buku sendiri tentang budaya lokal dibantu oleh tim kreatif. Buku tersebut yang menjadi acuan belajar siswa mengenal pusaka budaya lokal. Buku-buku karya guru di Yogyakarta, di antaranya tentang bakpia Yogya, selokan Mataram, tiwul makanan kesukaanku, dan Taman Siswa.
”Sejauh ini antusiasme guru luar biasa. Mereka banyak membantu,” katanya.
Dewan Pimpinan BPPI Suhadi Winoto mengatakan, masyarakat perlu dibuka wawasannya tentang pengertian pusaka. Pusaka budaya mestinya juga menyangkut alam, bangunan, dan seni budaya.
Kurikulum pusaka ini, tuturnya, lebih banyak dikenalkan melalui proses dinamis yang menyenangkan dalam artian yang lebih luas.
”Harapan kami, murid yang mengikuti program ini mengerti tentang pusaka budayanya sendiri,” katanya. Jika mereka kelak dewasa, apalagi menjadi pemangku kepentingan, mereka bisa mengeluarkan kebijakan yang berbasis pusaka budaya.
Sekretaris Badan Warisan Sumatera (BWS) Rika Susanto merespons positif rencana ini. Sebagian pemangku kepentingan perlu mendapat informasi yang baik mengenai pelestarian pusaka budaya lokal. (NDY)
Sumber: http://cetak.kompas.com