Filolog Prof. Dr. Stuart Robson dari Monash University mengungkapkan, Nagarakrtagama, bukan Negarakertagama, yang mendapat pengakuan sebagai Memory of the World dan sertifikatnya diterima Kepala Perpustakaan Nasional RI Dady P Rachmananta dari UNESCO, Senin (26/5), bukan judul/nama asli yang diberikan Mpu Prapanca. Nama asli yang diberikan Mpu Prapanca adalah Desawarnana.
”Mpu Prapanca memakai nama asli Desawarnana yang berarti deskripsi daerah-daerah karena isi teks bagian yang penting dari karya itu memuat tentang hal itu. Meski demikian, sejarawan di Indonesia dan di luar negeri telanjur mengenal karya sastra agung sebagai Negarakertagama,” kata Stuart Robson pada acara talk show di Perpustakaan Nasional, Senin.
Robson yang 40 tahun lebih meneliti teks-teks Jawa Kuno menjelaskan, Nagarakretagama adalah karya luar biasa yang tidak ada bandingannya. Bahkan, boleh disebut unik dalam khazanah sastra Jawa Kuno, baik bahasa mau pun isinya.
Bahasa Jawa Kuno yang ada pada Nagarakrtagama sulit dipahami oleh penutur bahasa Jawa sekarang karena ia bukan bahasa Kawi yang terdapat dalam karya klasik Jawa seperti karangan Ranggawarsita pada abad ke-19. Bahasa Jawa Kuno yang dituturkan Mpu Prapanca lebih tua lagi.
Robson yang menguasai bahasa Jawa Kuno itu juga mengungkapkan, Nagarakrtagama yang dibagi atas 94 pupuh (canto), ditambah empat lagi yang tidak ada kaitannya, diselesaikan pada 30 September 1365.
Ternyata Nagarakrtagama bukan satu-satunya karangan Prapanca. ”Masih ada karya lain, yaitu Sakabda, Lambang, Parwasagara, Bhismasarana, dan Sugataparwa, dengan catatan bahwa Lambang dan Sakabda digarap kembali, ditambahi dan belum selesai,” paparnya.
Sumber Tulisan
http://cetak.kompas.com
”Mpu Prapanca memakai nama asli Desawarnana yang berarti deskripsi daerah-daerah karena isi teks bagian yang penting dari karya itu memuat tentang hal itu. Meski demikian, sejarawan di Indonesia dan di luar negeri telanjur mengenal karya sastra agung sebagai Negarakertagama,” kata Stuart Robson pada acara talk show di Perpustakaan Nasional, Senin.
Robson yang 40 tahun lebih meneliti teks-teks Jawa Kuno menjelaskan, Nagarakretagama adalah karya luar biasa yang tidak ada bandingannya. Bahkan, boleh disebut unik dalam khazanah sastra Jawa Kuno, baik bahasa mau pun isinya.
Bahasa Jawa Kuno yang ada pada Nagarakrtagama sulit dipahami oleh penutur bahasa Jawa sekarang karena ia bukan bahasa Kawi yang terdapat dalam karya klasik Jawa seperti karangan Ranggawarsita pada abad ke-19. Bahasa Jawa Kuno yang dituturkan Mpu Prapanca lebih tua lagi.
Robson yang menguasai bahasa Jawa Kuno itu juga mengungkapkan, Nagarakrtagama yang dibagi atas 94 pupuh (canto), ditambah empat lagi yang tidak ada kaitannya, diselesaikan pada 30 September 1365.
Ternyata Nagarakrtagama bukan satu-satunya karangan Prapanca. ”Masih ada karya lain, yaitu Sakabda, Lambang, Parwasagara, Bhismasarana, dan Sugataparwa, dengan catatan bahwa Lambang dan Sakabda digarap kembali, ditambahi dan belum selesai,” paparnya.
Sumber Tulisan
http://cetak.kompas.com