Yogyakarta kembali memiliki satu wahana pariwisata pendidikan baru setelah diresmikannya Museum Gunung Merapi (MGM) yang terletak di Dusun Banteng, Desan Hargobinangun, Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Senin (1/10) MGM yang berjarak 600 meter arah selatan dari pintu gerbang obyek wisata Kaliurang diresmikan penggunaannya untuk masyarakat umum oleh Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), R Suhkyar mewakili Menteri ESDM yang tak bisa datang.
Lokasi dan Arsitektur MGM
Lokasi MGM dari jalur utama kawasan Kaliurang mencapai hampir 2 kilometer. MGM direncanakan mulai pekan depan sudah siap dikunjungi masyarakat umum. Saat ini jalan masuk menuju MGM yang menyerupai boulevard dua arah tersebut masih dilakukan pengerjaan. MGM sendiri berada pada lahan seluas 3,5 Ha dengan luas bangunan mencapai 4,470 meter persegi.
Perencana pembangunan MGM dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen ESDM, Rudi Baharudin menerangkan bangunan utama MGM dibuat sesuai filosofi bangunan Jawa (Yogyakarta) serta wilayah gunung Merapi yang berwujud kombinasi teknologi dan budaya yang disesuaikan dengan aturan adat (pakem). Untuk membangun MGM ini, Rudi Baharudin harus meminta petunjuk kepada beberapa sesepuh Yogyakarta agar diperolah bangunan museum yang tidak menyalahi pakem sehingga akhirnya didapatkan bentuk gedung MGM yang dibuat menyerupai limasan tak beraturan dengan kubah besar sebagai pusat bangunan museum ini.
“Konsep arsitektur MGM ini mengikuti aspek gunung api dengan citra visual berbentuk segitiga (kerucut). Visualisasi wedus gembel menjadi inspirasi pembangunan atap serta ditampilkannya wujud budaya lokal berupa artefak yang biasa terdapat pada banyak candi yang dijumpai di Yogyakarta.
Pakem lain yang muncul adalah dibuatnya bangunan-bangunan yang menyimbolkan garis imajiner penghubung antara gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, Kraton Yogyakarta serta laut selatan. Garis Imajiner ini dibuat sedemikian rupa mulai dari dasar hingga ujung bangunan pada kaki (kamadatu), badan (rupadatu) dan kepala (arupadatu). Selain itu, penciptaan garis imajiner dalam museum ini, juga diwujudkan dalam bangunan dinding dari kaca sehingga bisa tembus pandang sekaligus sebagai syarat tidak adanya penghalang dalam garis imajiner. Sementar pintu masuk utama MGM dibuat menyerupai arsitektur Candi Ratuboko. Secara fisiografis, gedung MGM ini diarahkan ke gunung Merapi dan menghadap ke atas untuk menciptakan garis imajiner yang diharapkan.
Untuk pelataran MGM juga mengacu pada bangunan sebuah candi. Di sisi kiri ada pelataran yang disebut Tapak sebagai perlambang orientasi sistem utara-selatan sesuai filosofi Jawa. Kubah dengan uung berwarna merah sebagai lambang dari ujung Tugu Yogyakarta.
Lokasi MGM ini berdekatan dengan beberapa sentra Agrowisata Kabupaten Sleman antara lain budidaya bunga krisan dan budidaya sapi perah di Kecamatan Pakem. Pemkab Sleman sangat berkepentingan dengan hal tersebut dengan merencanakan pemanfaatan potensi lokal tersebut sebagai pendukung obyek wisata MGM.
Operasional MGM
Setelah diresmikan, operasional MGM akan dilakukan dibawah koordinasi Dinas Pengairan, Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Sleman hingga tahun 2009 ini. Sementara pada tahun 2010 mendatang MGM akan berpindah pengelolaan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.
Di dalam MGM ini, banyak tersedia fasilitas serta koleksi museum sebagai tempat mendapatkan pengetahuan kegunungapinan. Fasilitas untuk wisatawan antara lain flim show tentang terjadinya letusan gunung Merapi, peralatan survey, diorama, On The Merapi Volcano Trail, serta area lobby. Sementara koleksi-koleksi yang disimpan antara lain, Volcano World berisi bahan-bahan pengetahuan tentang gunung merapi di dunia, koleksi manusia dan gunung merapi berisi perlengkapan upacara ritual penghormatan gunung Merapi, koleksi bencana gempa bumi dan Tsunami, bencana gerakan tanah, extra- terestrial volcano.
Adanya fasilitas dan koleksi yang berada di MGM ini disesuaikan dengan fungsi-fungsi museum tersebut yaitu sebagai preservasi dan konservasi (memelihara dan melindungi suaka alam dan budaya), informasi (memberikan dan mengembangkan pengetahuan mengenai obyek pengetahuan yang ditampilkan), koleksi (mengumpulkan dan mengarsipkan benda bernilai sebagai pusat dokumentasi masyarakat), edukasi (memberikan ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum dan pusat apresiasi budaya) serta wahana rekreasi (obyek wisata pendidikan). Semua fasilitas dan koleksi tersebut masih berada di lantai satu museum. Sementara untuk lantai dua museum ini, akan diisi dengan fasillitas dan koleksi ilmu pengetahuan kegunungapian dan kebencanaan geologi direncanakan akan dikerjakan tahun 2010.
Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral R Sukhyar mengatakan keberadaan MGM dimaksudkan sebagai sarana pendidikan mengenai kegunung apian yang sangat penting keberadaannya mengingat di Indonesia mempunyai 500 gunung merapi dengan 129 diantaranya adalah gunung merapi aktif atau sekitar 13 % dari jumlah gunung berapi di dunia.
“Dengan Museum Gunung Merapi ini, maka telah tersedia sarana pendidikan melakukan mitigasi untuk menekan jumlah korban jiwa,” kata Sukhyar. (The Real Jogja/joe)
Sumber: http://jogjanews.com
Lokasi dan Arsitektur MGM
Lokasi MGM dari jalur utama kawasan Kaliurang mencapai hampir 2 kilometer. MGM direncanakan mulai pekan depan sudah siap dikunjungi masyarakat umum. Saat ini jalan masuk menuju MGM yang menyerupai boulevard dua arah tersebut masih dilakukan pengerjaan. MGM sendiri berada pada lahan seluas 3,5 Ha dengan luas bangunan mencapai 4,470 meter persegi.
Perencana pembangunan MGM dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen ESDM, Rudi Baharudin menerangkan bangunan utama MGM dibuat sesuai filosofi bangunan Jawa (Yogyakarta) serta wilayah gunung Merapi yang berwujud kombinasi teknologi dan budaya yang disesuaikan dengan aturan adat (pakem). Untuk membangun MGM ini, Rudi Baharudin harus meminta petunjuk kepada beberapa sesepuh Yogyakarta agar diperolah bangunan museum yang tidak menyalahi pakem sehingga akhirnya didapatkan bentuk gedung MGM yang dibuat menyerupai limasan tak beraturan dengan kubah besar sebagai pusat bangunan museum ini.
“Konsep arsitektur MGM ini mengikuti aspek gunung api dengan citra visual berbentuk segitiga (kerucut). Visualisasi wedus gembel menjadi inspirasi pembangunan atap serta ditampilkannya wujud budaya lokal berupa artefak yang biasa terdapat pada banyak candi yang dijumpai di Yogyakarta.
Pakem lain yang muncul adalah dibuatnya bangunan-bangunan yang menyimbolkan garis imajiner penghubung antara gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, Kraton Yogyakarta serta laut selatan. Garis Imajiner ini dibuat sedemikian rupa mulai dari dasar hingga ujung bangunan pada kaki (kamadatu), badan (rupadatu) dan kepala (arupadatu). Selain itu, penciptaan garis imajiner dalam museum ini, juga diwujudkan dalam bangunan dinding dari kaca sehingga bisa tembus pandang sekaligus sebagai syarat tidak adanya penghalang dalam garis imajiner. Sementar pintu masuk utama MGM dibuat menyerupai arsitektur Candi Ratuboko. Secara fisiografis, gedung MGM ini diarahkan ke gunung Merapi dan menghadap ke atas untuk menciptakan garis imajiner yang diharapkan.
Untuk pelataran MGM juga mengacu pada bangunan sebuah candi. Di sisi kiri ada pelataran yang disebut Tapak sebagai perlambang orientasi sistem utara-selatan sesuai filosofi Jawa. Kubah dengan uung berwarna merah sebagai lambang dari ujung Tugu Yogyakarta.
Lokasi MGM ini berdekatan dengan beberapa sentra Agrowisata Kabupaten Sleman antara lain budidaya bunga krisan dan budidaya sapi perah di Kecamatan Pakem. Pemkab Sleman sangat berkepentingan dengan hal tersebut dengan merencanakan pemanfaatan potensi lokal tersebut sebagai pendukung obyek wisata MGM.
Operasional MGM
Setelah diresmikan, operasional MGM akan dilakukan dibawah koordinasi Dinas Pengairan, Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Sleman hingga tahun 2009 ini. Sementara pada tahun 2010 mendatang MGM akan berpindah pengelolaan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.
Di dalam MGM ini, banyak tersedia fasilitas serta koleksi museum sebagai tempat mendapatkan pengetahuan kegunungapinan. Fasilitas untuk wisatawan antara lain flim show tentang terjadinya letusan gunung Merapi, peralatan survey, diorama, On The Merapi Volcano Trail, serta area lobby. Sementara koleksi-koleksi yang disimpan antara lain, Volcano World berisi bahan-bahan pengetahuan tentang gunung merapi di dunia, koleksi manusia dan gunung merapi berisi perlengkapan upacara ritual penghormatan gunung Merapi, koleksi bencana gempa bumi dan Tsunami, bencana gerakan tanah, extra- terestrial volcano.
Adanya fasilitas dan koleksi yang berada di MGM ini disesuaikan dengan fungsi-fungsi museum tersebut yaitu sebagai preservasi dan konservasi (memelihara dan melindungi suaka alam dan budaya), informasi (memberikan dan mengembangkan pengetahuan mengenai obyek pengetahuan yang ditampilkan), koleksi (mengumpulkan dan mengarsipkan benda bernilai sebagai pusat dokumentasi masyarakat), edukasi (memberikan ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum dan pusat apresiasi budaya) serta wahana rekreasi (obyek wisata pendidikan). Semua fasilitas dan koleksi tersebut masih berada di lantai satu museum. Sementara untuk lantai dua museum ini, akan diisi dengan fasillitas dan koleksi ilmu pengetahuan kegunungapian dan kebencanaan geologi direncanakan akan dikerjakan tahun 2010.
Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral R Sukhyar mengatakan keberadaan MGM dimaksudkan sebagai sarana pendidikan mengenai kegunung apian yang sangat penting keberadaannya mengingat di Indonesia mempunyai 500 gunung merapi dengan 129 diantaranya adalah gunung merapi aktif atau sekitar 13 % dari jumlah gunung berapi di dunia.
“Dengan Museum Gunung Merapi ini, maka telah tersedia sarana pendidikan melakukan mitigasi untuk menekan jumlah korban jiwa,” kata Sukhyar. (The Real Jogja/joe)
Sumber: http://jogjanews.com