Tari legong, salah satu tari klasik Bali mempunyai daya tarik tersendiri dan sangat digemari wisatawan mancanegara maupun Nusantara saat menikmati liburan di Pulau Dewata.
"Tari yang sangat luwes, lentur, dengan gerak-gerak dinamis yang dibawakan oleh sejumlah wanita itu sangat cemerlang, baik sekarang maupun di masa mendatang," kata AA Ayu Kusuma Arini SST Msi, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin.
Senada dengan dia, dua staf pengajar ISI yang lain, Cok Istri Putra Padmini SST Msn dan Ni Made Bambang Rai Kasumari SST Msi, juga menyebutkan bahwa kepopulelar tari lengong tak pernah surut.
Kusuma Arini menjelaskan, tari legong merupakan warisan budaya sejak dua abad silam yang terus lestari dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tari legong selain menjadi dasar tari putri, juga menjadi primadona dari berbagai jenis tarian Bali yang selama ini paling unik dibanding jenis tarian daerah lainnya di Indonesia.
"Gaya tari legong yang selama ini terkenal di Bali adalah aliran Peliatan, Saba dan aliran Badung," ujar Cak Padmini menambahkan.
Di antara ketiga aliran tari kegong tersebut, gaya Peliatan yang paling aktif dalam melakukan pementasan secara reguler sebagai tari tontonan.
Tari legong tercatat sudah cukup populer di kalangan masyarakat sejak tahun 1931, setelah Sekaa Kesenian Peliatan mengadakan pentas ke Eropa untuk memeriahkan "Colonial Exhibition" di Paris. Selain tari legong, di arena itu juga ditampilkan calonarang.
Rai Kusumari menambahkan, Sekaa Kesenian Peliatan, Ubud, Gianyar, kembali pentas untuk kedua kalinya di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1952.
Lawatan ke luar negeri untuk kedua kalinya itu disponsori oleh seorang impresario Inggris, John Coast.
"Legong Peliatan boleh dikatakan sebagai pelopor promosi pariwsata Bali ke luar negeri," ucapnya.
Saking terkesannya dengan penampilan tari legong di London, sampai-sampai Radio BBC London memakai musik iringan tari tersebut untuk pengantar siaran bahasa Indonesia selama lebih dari puluhan tahun, ujar Cok Padmini, menambahkan.
Sukses dalam pementasan di mancanegara dan dikenal di sejumlah daerah Nusantara, telah membuat para penekun tari untuk tetap mampu mempertahankan kekhasan dari gerak tari tersebut.
Untuk kepentingan itu, katanya, yang dinilai paling berjasa dalam mencetak penari-penari andal adalah "duet" AA Gde Mandera dan Gusti Made Sengog, keduanya kini telah tiada.
Mereka dinilai berjasa dalam menuangkan gaya dan perbendaharaan gerak tari legong yang spesifik.
Desa Peliatan, Ubud, sejak saat itu hingga sekarang melakukan pementasan tari legong secara berkesinambungan, baik untuk pertunjukan terkait suatu upacara maupun guna menghibur wisatawan, ujar Kusuma Arini. (rl/RL/ant)
Sumber: http://vibizdaily.com
"Tari yang sangat luwes, lentur, dengan gerak-gerak dinamis yang dibawakan oleh sejumlah wanita itu sangat cemerlang, baik sekarang maupun di masa mendatang," kata AA Ayu Kusuma Arini SST Msi, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin.
Senada dengan dia, dua staf pengajar ISI yang lain, Cok Istri Putra Padmini SST Msn dan Ni Made Bambang Rai Kasumari SST Msi, juga menyebutkan bahwa kepopulelar tari lengong tak pernah surut.
Kusuma Arini menjelaskan, tari legong merupakan warisan budaya sejak dua abad silam yang terus lestari dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tari legong selain menjadi dasar tari putri, juga menjadi primadona dari berbagai jenis tarian Bali yang selama ini paling unik dibanding jenis tarian daerah lainnya di Indonesia.
"Gaya tari legong yang selama ini terkenal di Bali adalah aliran Peliatan, Saba dan aliran Badung," ujar Cak Padmini menambahkan.
Di antara ketiga aliran tari kegong tersebut, gaya Peliatan yang paling aktif dalam melakukan pementasan secara reguler sebagai tari tontonan.
Tari legong tercatat sudah cukup populer di kalangan masyarakat sejak tahun 1931, setelah Sekaa Kesenian Peliatan mengadakan pentas ke Eropa untuk memeriahkan "Colonial Exhibition" di Paris. Selain tari legong, di arena itu juga ditampilkan calonarang.
Rai Kusumari menambahkan, Sekaa Kesenian Peliatan, Ubud, Gianyar, kembali pentas untuk kedua kalinya di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1952.
Lawatan ke luar negeri untuk kedua kalinya itu disponsori oleh seorang impresario Inggris, John Coast.
"Legong Peliatan boleh dikatakan sebagai pelopor promosi pariwsata Bali ke luar negeri," ucapnya.
Saking terkesannya dengan penampilan tari legong di London, sampai-sampai Radio BBC London memakai musik iringan tari tersebut untuk pengantar siaran bahasa Indonesia selama lebih dari puluhan tahun, ujar Cok Padmini, menambahkan.
Sukses dalam pementasan di mancanegara dan dikenal di sejumlah daerah Nusantara, telah membuat para penekun tari untuk tetap mampu mempertahankan kekhasan dari gerak tari tersebut.
Untuk kepentingan itu, katanya, yang dinilai paling berjasa dalam mencetak penari-penari andal adalah "duet" AA Gde Mandera dan Gusti Made Sengog, keduanya kini telah tiada.
Mereka dinilai berjasa dalam menuangkan gaya dan perbendaharaan gerak tari legong yang spesifik.
Desa Peliatan, Ubud, sejak saat itu hingga sekarang melakukan pementasan tari legong secara berkesinambungan, baik untuk pertunjukan terkait suatu upacara maupun guna menghibur wisatawan, ujar Kusuma Arini. (rl/RL/ant)
Sumber: http://vibizdaily.com