Gali Untung Dari Festival Kuliner

Bandung, Jawa Barat - Sebagai kota wisata yang juga terkenal dengan wisata kulinernya, sangat wajar jika akhirnya begitu banyak acara-acara yang mengusung festival kuliner digelar di Bandung. Dan kini, yang sedang berlangsung adalah Festival Kuliner Stasiun di Stasiun Bandung. Tentunya, festival-festival tersebut tidak menyajikan kuliner biasa, tapi kuliner-kuliner pilihan yang sudah tidak asing di telinga konsumen. Bagi para pengusaha kuliner, diajaknya mereka berpartisispasi dalam setiap festival adalah kesempatan untuk meraih omset yang berlipat.

Misalnya Sop Buah Pak Ewok yang biasa mangkal di Jalan Cimandiri. Menurut salah seorang pegawainya Dadang (30) Sop Buah Pak Ewok hampir selalu mengikuti setiap festival kuliner yang diadakan di Bandung. "Kita hampir selalu diajak untuk ikut dalam setiap festival dan biayanya gratis," ujar Dadang. Tentu saja, omset dari festival bisa berlipat ganda dibandingkan hari biasa. Jika biasanya di hari biasa terjual 500-700 porsi, sedangkan di akhir pekan bisa dua kali lipatnya atau lebih, di festival kuliner bisa berkali-kali lipat. "Di festival sebelumnya kita bisa menjual sampai 2.000 porsi dalam satu hari," papar Dadang. Harga per porsinya Rp 7 ribu. Menurut Dadang, bahan baku yang dibeli pun bisa beberapa kali lipat. Dadang mencontohkan jika biasanya melon dalam satu hari hanya habis 1 kuintal tapi di festival kuliner bisa 4 sampai 5 kuintal.

Hal serupa juga dialami oleh Nasi Bakar 15 yang berada di Jalan Cilaki, Jalan Braga dan Jalan Cimandiri. Menurut salah seorang pengelola Tya (22) dengan adanya festival kuliner cukup menguntungkan untuk pendapatan Nasi Bakar 15. "Kita beberapa kali ikut dalam festival kuliner dan kita diajak untuk bergabung biasanya ditawarkan stand gratis," tutur Tya sat ditemui di Festival Kuliner Stasiun. Menurut Tya, jika biasanya di hari hanya terjual 400 porsi tapi di festival bisa menjual sampai 1.000 porsi. Satu porsinya sebesar Rp 12 ribu. "Bahkan di festival konsumen sampai antre nggak berhenti-berhenti," ungkap Tya.

Begitupun dengan Yeni (49), pemilik gado-gado Tengku Angkasa di Jalan Tengku Angkasa. Yeni mengaku dia sudah tiga kali mengikuti festival kuliner. "Kita diajak dengan stand gartis," tuturnya. Namun dalam setiap festival, Yeni hanya menjual gado-gado saja, tidak seperti di pusatnya yang sekaligus menjual nasi dan lauknya. "Keuntungan dari festival bisa dua kali lipat dari penjualan sehari-hari," tuturnya. Jika di hari biasa omset yang didapatkan di kisaran Rp 5 juta, bukan hanya untuk gado-gado tapi juga semua jenis makanan yang dijual. Sedangkan di festival makanan, menjual gado-gado saja bisa mendapatkan omset sampai kurang dari Rp 10 juta. (ema/tya)

Sumber: http://bandung.detik.com 22 Juli 2009
-

Arsip Blog

Recent Posts