Maratua, Pulau Terluar di Berau yang Jadi Tujuan Wisata

Berau, Kaltim - Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, terkenal dengan objek wisata baharinya. Salah satunya adalah wisata bahari di Pulau Maratua. Warga negara asing pun sering berkunjung ke pulau yang merupakan salah satu pulau terluar di gugusan Kepulauan Berau itu. Seperti apakah Pulau Maratua yang dikenal dengan sebutan paradise island itu? Untuk menuju Pulau Maratua atau Kecamatan Maratua memerlukan waktu yang cukup lama. Dari Tanjung Redeb, ibukota kabupaten saja, waktu normalnya sekitar 3 sampai 4 jam dengan menggunakan speedboat. Jika ingin melalui Tanjung Batu, ibukota Kecamatan Pulau Derawan, terlebih dulu melalui jalur darat yang dapat ditempuh 2 jam perjalanan dari Tanjung Redeb. Setelah itu menggunakan speedboat sekitar satu jam lebih.

Pulau Maratua berbatasan dengan negara tetangga Malaysia dan Filipina atau berada di Selat Sulawesi. Maratua terdiri dari empat kampung, yaitu Kampung Tanjung Harapan Bohebukut, Teluk Alulu, Bohesilian, dan Payung Payung. Suku yang bermukim di Maratua mayoritas suku Bajo yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan. Sebagai salah satu kecamatan terjauh di Berau, pembangunan infrastuktur di pulau yang berpenduduk sekitar 3.168 jiwa ini tidak begitu maju. Infrastruktur jalan saja baru sepersekian persen saja yang beraspal, lebarnya pun menurut warga setempat, hanya tiga meter, yang artinya hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat. Namun, karena tidak ada kendaraan roda empat di pulau ini, maka lebar jalan yang hanya 3 meter sudah cukup.

Sekadar diketahui, di pulau yang luasnya 2.282,46 hektare itu hanya ada kendaraan roda dua saja sebagai alat transportasi warga. Untuk berpergian dari kampung satu ke kampung lainnya, warga pun harus lebih banyak melalui jalan setapak dengan sepeda motor. ”Kami akui pembangunan infrastruktur di sini masih kurang. Tapi bukannya pemerintah daerah tidak memperhatikan,” tegas Wakil Bupati Berau, Ahmad Rifai. Secara bertahap, Pemerintah Berau melakukan pembangunan infrastruktur, mulai jalan hingga kebutuhan dasar masyarakat lainnya, seperti air bersih, pendidikan dan kesehatan. “Kalau listrik memang belum karena pemerintah daerah masih mencari alternatif yang cocok untuk di Maratua ini,” ujar Rifai.

Kendati pembangunan infrastruktur belum maju, namun Maratua adalah tujuan wisata bahari yang menjadi andalan Berau. Jarak serta besarnya biaya yang dikeluarkan untuk berlibur di pulau yang menjadi surga para penyelam ini tidak akan menjadi persoalan. Karena panorama alam yang begitu elok dipandang, tak hanya ketika matahari mulai terbenam namun yang menjadi daya tarik para wisatawan adalah pemandangan alam bawah lautnya. Wisatawan asing pun seperti enggan beranjak cepat ketika berada di Pulau Maratua, meskipun uang yang mereka keluarkan cukup besar. Tapi semua itu terbayarkan dengan kepuasan mendapatkan pemandangan alam yang begitu indah. Hamparan laut lepas dan pasir putih memang menjadi daya tarik. Apalagi di Maratua pun banyak pulau-pulau kecil yang juga tak kalah bagus pemandangannya.

Karena merupakan tempat wisata bahari yang elok, Maratua pun sudah seharusnya mendapat perhatian khusus, baik oleh Pemkab Berau, Pemprov Kaltim, maupun pemerintah pusat. Apalagi keberadaan pulau ini yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia dan Filipina. Jangan sampai kejadian lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan pun terjadi terhadap Pulau Maratua. Apalagi operator wisata di Maratua dikelola oleh warga negara asing. Maratua Paradise Resort misalnya, dikelola oleh seorang warga negara Malaysia.

“Tapi karena di Maratua ini sudah bermukim masyarakat Berau sejak puluhan tahun silam, saya yakin Maratua tidak akan dicaplok oleh negara tetangga atau orang asing. Apalagi di Maratua sudah ada Polsek dan Koramil yang siap mengamankan pulau ini,” beber Rifai. Kendati demikian, Rifai pun tetap mengajak warga di Maratua untuk waspada, meskipun lepasnya Pulau Maratua ke tangan asing sangat kecil kemungkinannya. Apalagi pemerintah, kata Rifai, telah menetapkan Pulau Maratua sebagai salah satu pulau terluar yang harus dijaga agar tidak dicaplok negara asing. “Memang kasus Sipadan dan Ligitan berbeda karena kedua pulau itu sebelumnya memang dikuasai oleh operator wisata dari Malaysia. Sedangkan Maratua sudah berpenghuni sejak puluhan tahun silam. Tapi bagaimanapun juga kita harus waspada,” kata Rifai. (radartarakan)

-

Arsip Blog

Recent Posts