Nias - Setelah empat tahun tsunami dan gempa bumi meluluhlantakkan Pulau Nias, sektor pariwisata di pulau tersebut mulai pulih. Daerah tujuan wisata di Nias Selatan, seperti Pantai Lagundri dan Sorake, mulai kembali ramai dikunjungi wisatawan asing yang ingin berselancar di kedua pantai tersebut. Warga di sekitar Lagundri dan Sorake juga kembali membangun home stay atau bungalow di pinggir pantai. Namun seiring pulihnya sektor pariwisata di Pulau Nias, pemerintah daerah masih dirasakan kurang mendukung.
Menurut salah seorang pemilik home stay, Timotius Wau, setelah tsunami dan gempa bumi, banyak persepsi yang salah tentang Pulau Nias di kalangan wisatawan asing. "Mereka menduga semuanya hancur. Penginapan dan rumah-rumah penduduk hancur total sehingga mereka mengira tak bisa lagi mendapatkan tempat tinggal jika pergi ke Nias. Padahal tidak semuanya hancur. Selain itu, para peselancar asing itu juga mengira karang-karang di pantai telah naik semua ke permukaan sehingga ombak yang bagus tak ada lagi," kata Timotius di Teluk Dalam.
Seiring dengan proses rehabilitasi dan rekonstruksi oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias, menurut Timotius, Pulau Nias, terutama Nias Selatan, kembali ramai dikunjungi wisatawan asing. Mereka, lanjut Timotius, kembali bisa menikmati ombak Pantai Sorake dan Lagundri untuk berselancar. Selain Sorake dan Lagundri, dua pantai yang terkenal sebagai salah satu tempat berselancar terbaik di dunia, kawasan lain di Pulau Nias juga mulai dilirik wisatawan. Menurut Timotius, rata-rata wisatawan asing tersebut datang ke Pulau Nias memang untuk berselancar. Beberapa pulau di sekitar Pulau Nias, seperti Pulau Asu, menjadi tujuan wisata baru. Mereka mencari pantai yang indah dengan ombak yang bagus untuk berselancar.
Timotius menyayangkan Pemkab Nias Selatan yang tak melihat peluang kembali menghidupkan sektor pariwisata di daerahnya. "Tak ada dukungan pemda sama sekali. Lihat saja tempat-tempat sampah di Pantai Sorake. Kami sendiri yang menyediakannya. Pemda malah tak berbuat. Padahal, turis-turis asing tersebut paling anti melihat sampah plastik bertebaran di sekitar pantai," ujar Timotius yang juga bekerja sebagai fotografer bagi para peselancar asing ini.
Salah seorang pemilik home stay di Sorake lainnya, Ina Kristov, mengakui, dibanding sebelum tsunami dan gempa bumi, kondisi sekarang memang masih belum apa-apa. "Dulu sebelum tsunami, kami terpaksa menolak turis domestik untuk menginap di sini. Kami dulu memprioritaskan turis asing. Sekarang kami tak lagi membeda-bedakan pengunjung untuk menginap di sini," ujarnya.
Dia mengungkapkan, perlahan memang kondisi pariwisata di Nias Selatan mulai pulih. Ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya turis asing yang datang. Jika sebelum tsunami dan gempa bumi, turis asing yang datang mayoritas dari Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Kini, turis dari negara-negara lain, seperti Brasil dan Perancis pun, mulai berdatangan menikmati ombak Pantai Sorake dan Lagundri.
Menurut salah seorang turis asal Sydney, Australia, Adam, kelebihan Sorake dan Lagundri dibanding pantai-pantai lain di Indonesia yang memiliki ombak bagus untuk berselancar adalah aksesnya yang relatif mudah. "Kami sudah pernah mengunjungi pantai-pantai di Indonesia yang ombaknya bagus untuk berselancar. Seperti di Lombok. Tetapi di Lombok, kami harus berjalan jauh sebelum bisa menemukan pantai dengan ombak yang bagus. Di Sorake, kami tinggal berjalan sebentar dari penginapan sebelum mendapatkan ombak yang bagus," katanya (Khaerudin)
Source: http://travel.kompas.com 13 Juli 2009