Upacara Beluluh Sultan Awali Erau

Kukar, Kaltim - Adat Erau Tempong Tawar 2009 telah diawali dengan adat upacara beluluh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Rabu (22/7) lalu. Upacara beluluh yang digelar di Keraton Kukar dihadiri Wakil Gubernur Kaltim H Farid Wajdi, Pj Bupati Kukar H Sjachruddin, Kapolres Kukar Dono Indarto, Dandim 0609 Letkol Inf Hardani Lukitanta Adi, Ketua PN Sunaryo Wiryo, sejumlah pejabat dan kerabat keraton. Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XX H Adji Moch Salehuddin II terlebih dahulu diluluh dengan menempati balai yang terbuat dari bambu kuning beralaskan kain kuning.

Seusai prosesi adat dengan pembacaan mantera-mantera, Sultan kembali ke tempat yang telah disediakan.Beluluh kemudian dilanjutkan kepada Putra Mahkota Kesultanan Kukar. Rangkaian upacara beluluh disaksikan para kerabat keraton dan undangan lainnya. Koordinator Sakral Keraton Awang Imanuddin menjelaskan, riwayat upacara adat beluluh Erau kesultanan berasal dari kejadian di Tanjung Ruana, Desa Kutai Lama, Anggana, tahun 1300 silam. Di mana pada waktu itu, muncul seorang bayi perempuan di permukaan air Sungai Mahakam yang saat itu bayi berada di atas balai yang terbuat dari bambu kuning beralaskan kain kuning. Balai tersebut dari dalam air ke permukaan air Sungai Mahakam yang dijunjung oleh dua ekor lembuswana.

“Balai dan lembuswana tersebut dijunjung oleh dua ekor naga jantan dan betina, dalam bahasa Kutai disebut laki bini. Bayi yang dimaksud itu ialah bernama Putri Karang Melenu Permaisuri Adji Batara Agung Dewa Sakti, raja pertama di Kerajaan Kutai Kartanegara,” jelas Awang yang bergelar Awang Demang Natakrama ini. Dijelaskan Awang, riwayat upacara adat beluluh dimaknakan sebagai upacara adat untuk pembersihan diri, yang seperti bayi yang baru lahir.

Sejak kerajaan Kukar berdiri, kata dia, upacara beluluh selalu diadatkan, baik acara Erau, acara perkawinan, maupun penyambutan tamu yang disesuaikan tatanan adat menurut tingkat kerabat tamu dan lainnya. “Di dalam acara ini ada seorang belian yang berperan mengucapkan mantera-mantera, memohon kepada yang Maha Kuasa kiranya yang diluluh di atas balai, untuk mendapatkan keselamatan dan bijaksana dalam menjalankan tugas-tugasnya,” ujar Awang menjelaskan. (hmp15)

Related Posts:

-