Banjarmasin, Kalsel - Seniman dan mahasiswa sendra tasik FKIP Unlam dan Seni Tari STKIP PGRI Banjarmasin maupun pelajar yang tergabung dalam sanggar tari begitu antusias mendengarkan dialog tentang Tari dengan nara sumber penari Kontemporer berkaliber internasional Eko Suprianto, Eri Mefri dan Gitra Miranda yang berlangsung di Gedung Balairungsari Taman Budaya Provinsi Kalsel, Kamis (29/10/2015).
"Tari kontemporer itu tidak pakem, si penari atau koreo maupun sutradara bebas membuat karya. Tapi, saya tetap mengambil tari tradisi dan mengunjungi guru-guru tari tradisi buat menimba ilmu," papar Eko, penari kontemporer yang pernah menjadi penari latar Diva Pop Madona ini saat menjawab seorang penanya.
Dia pun memuji tari klasik di Indonesia sebenarnya lebih sulit dipelajari dibanding tari flamengo, balet dan lain-lainnya dari Amerika maupun Eropa.
"Sewaktu saya mengajari orang Amerika tari Jawa atau Bali, mereka kesulitan melakukan gerakan. Sebaliknya, kalau orang Indonesia belajar tari balet, flamengo dan lain-lainnya sangat mudah," tandasnya.