Menbudpar: Dunia Membutuhkan Banyak Sarjana Kepariwisataan

Yogyakarta - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mendukung penuh rencana perguruan tinggi (PT) untuk membuka program sarjana strata satu (S1) jurusan kepariwisataan. Soalnya, sarjana kepariwisataan saat ini memang sedang dibutuhkan dunia. Itu berarti pertumbuhan industri kepariwisataan memang sedang bagus-bagusnya di hampir seluruh negara maju. Indonesia juga harus memberdayakan potensi kepariwisataannya secara maksimal dengan cara membuka program-program sarjana kepariwisataan di perguruan tinggi.

Saat ini setidaknya sudah ada tiga perguruan tinggi di Indonesia yang tengah merintis berdirinya S1 jurusan pariwisata. Ketiga perguruan tinggi tersebut adalah UGM (Yogyakarta), Universitas Udayana (Bali), dan Universitas Andalas (Sumatera Barat). Kebetulan di tiga daerah itu pertumbuhan industri kepariwisataan sedang menggembirakan.

Kenyataan itu terlihat dari semakin derasnya arus kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali, Yogyakarta, dan sekitar Sumbar, khususnya Padang, Bukittinggi, dan Mentawai (lokasi berselancar).

Menbudpar menilai adanya program S1 pariwisata sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas dunia kepariwisataan dan mendukung Visit Indonesia Year 2008.

"Saya dukung penuh rencana perguruan tinggi mendirikan program sarjana kepariwisataan itu. Kajian ilmiahnya sudah ada. Syarat-syaratnya sudah ada, guru besar dan doktornya pun sudah ada. Memang ada aturannya, dan sekarang sudah dipenuhi," kata Jero Wacik usai tampil sebagai pembicara kunci dalam seminar nasional tentang menelusuri sejarah penanggalan Nusantara di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Yogyakarta, baru-baru ini.

Diyakini, dengan adanya prodi sarjana bidang kepariwisataan ini nantinya akan mendorong perguruan tinggi lainnya untuk membuka prodi yang sama.

"Jika ada satu netas saja, yang lain pasti ngikut. Itulah nilai tambah industri kepariwisataan," ucapnya.

Menurut Jero Wacik, selama ini program D1, D2, D3, D4, dan S2 serta S3 kepariwisataan sudah ada. "S1 yang hilang. Kita belum punya S1 pariwisata," katanya lagi.

Sementara itu, Kepala Program Studi Kepariwisataan FIB UGM, Prof Dr Marsono, mengaku siap dan telah mengkaji untuk membuka program S1 kepariwisataan.

"Tinggal menunggu SK dari Rektor UGM saja. Minimal saat ini sudah ada lima guru besar dan dosen yang bergelar doktor. Ini sudah memenuhi syarat untuk mendirikan program sarjana ilmu kepariwisataan UGM," katanya.

Jika program ini dibuka, maka punya daya tampung sekitar 80 sampai 100 calon mahasiswa.

Menteri Jero Wacik menyinggung pula tentang kesiapan pemerintah dalam menyukseskan program Visit Indonesia Year 2008. Menurut dia, tahun 2008 pemerintah telah menargetkan untuk mendatangkan 7 juta turis asing ke Indonesia.

"Tahun 2007 saja ada 5,5 juta turis asing datang ke Indonesia. Jumlah ini merupakan rekor tertinggi selama republik ini berdiri. Belum pernah ada selama ini turis asing datang sebanyak itu. Jadi, jika kita menargetkan 7 juta wisatawan asing, saya kira itu wajar," katanya optimistis.

Program Visit Indonesia Year 2008 ialah sebagai upaya untuk membangun dunia kepariwisataan di Indonesia, sekaligus memperingati 100 tahun kebangkitan nasional.

"Sudah 17 tahun pemerintah tidak mengadakan Visit Indonesia Year, terakhir tahun 1991, saat Menteri Pariwisata dijabat Soesilo Soedarman," katanya.

Ia mengimbau semua komponen masyarakat untuk mendukung program Visit Indonesia Year ini. "Semua perhotelan harus memasang spanduk Visit Indonesia Year. Kalau banyak turis datang, yang kaya kan hotelnya," katanya. (B Sugiharto/Susianna)

Sumber: www.suarakarya-online.com (29 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts