Satu Rumpun Budaya, Tenun Filipina Mirip Tenun dari Jepara

Jakarta - Duta Besar Filipina Maria Rosario C. Aguinaldo, mengungkapkan dirinya telah menemukan kain yang mirip kain (tenun) Filipina di daerah Jepara, Jawa tengah.

"Tadi (memang) ibu ambasador bilang menemukan kain di Jawa Tengah dari daerah Jepara yang agak mirip dengan yang dibuat di Filipina," kata Ketua Cita Tenun Indonesia, Okke Rajasa kepada wartawan di sela-sela Pameran Tekstil Se-ASEAN bersama Kepala Museum Nasional Intan Mardiana di Museum Nasional Jakarta, Kamis (28/11).

Menurut Okke, kemiripan kain (batik atau tenun) yang ditemukan Dubes Filipina itu sebenarnya merupakan hal yang wajar. Karena Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya memang berasal dari rumpun budaya yang satu. Sehingga hal tersebut berpengaruh juga dari hasil karya budaya seperti kain tenun.

"Jadi, sebetulnya bukan saling mengklaim (ini kain tenun Indonesia atau Filipina), tetapi lebih ada pengaruh satu sama lain. ASEAN itu kan satu rumpun. Jadi, satu sama lain akan berpengaruh. Tetapi masing-masing kita punya karakter. Karaketrnya mungkin Filipina sama, pake serat juga. Tetapi tekniknya berbeda," ujar Okke.

"Perbedaan-perbedaan inilah yang menunjukkan karakater kita, identitas kita. Sehingga soal klaim-mengklaim (menurut saya) tidak perlu dibahas. Karena di dalam budaya tidak ada klaim-mengklaim. Yang penting karakter yang menjadi identitas yang menunjukkan ini dari Indonesia, ini dari Filipina," kata Okke mengingatkan.

Okke Rajasa mencontohkan seperti kain songket. "Semua orang tahu Songket itu merupakan budaya Melayu, semua negara (di ASEAN yang berasal dari rumpun Melayu) punya. Tetapi Melayu di Indonesia (seperti Medan, Palembang dan Sumatera Barat) berbeda dengan di Malaysia dan lainnya (seperti Brunei). Jadi identitas itu tergantung (karakter) daerah masing-masing," kata Okke.

Karena itu, menurut Okke, Indonesia tidak bisa mengklaim Songket berasal dari Indonesia. "Kita tidak bisa katakan Songket punya kita (Indonesia). Tetapi karakternya kita beda (dengan Malaysia dan Brunei). Sehingga motifnya, pembuatannya, warnanya, teknik pembuatannya, itu jadi kekuatan, jadi karakternya," tambahnya.

Hal senada diungkapkan oleh Binarul Anas Zaman, kurator tekstil Indonesia. Ia mengatakan, Indonesia dan negara ASEAN lainnya juga memiliki sejarah yang sama dalam perkembangan produk tekstilnya sebagai produk budaya yang banyak dipengaruhi oleh budaya China dan India.

Karena itu, menurut Anas, kemiripan kain tenun diantara negara-negara ASEAN merupakan hal yang sangat biasa. "Karena itu tidak perlu kita hadapi dengan sikap non-kultural, tetapi sejarah kultural yang sama," katanya.

Sementara itu, Intan Mardiana, kepala Museum Nasional, mengatakan, Pameran Tekstil Se-ASEAN 2013 seperti yang digagas Museum Nasional, merupakan upaya untuk menjalin kerja sama dan mencari benang merah kebersamaan hubungan budaya antar negara-negara ASEAN di masa lalu hingga sekarang, serta pengembangannya ke depan. Antara lain melalui kain-kain tenunnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts