Budaya Badui Potensi wisata dunia

Lebak, Banten - Tokoh muda Lebak Akhmad Kusaeni mengatakan budaya Badui yang berlokasi di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Banten bisa dijadikan wisata dunia sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

"Kita memiliki kawasan Badui yang bisa dijadikan objek wisata sejarah dunia dan budaya orang-orang asli," kata Direktur Pemberitaan Perum LKBN Antara Akhmad Kusaeni saat menghadiri Hari Jadi Lebak ke-185 di Rangkasbitung, Senin.

Ia mengatakan, pemerintah daerah ke depan nantinya membangun pusat wisata budaya Badui. Di sana dibangun infrastruktur, hotel dan pusat perdagangan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Sebab Lebak memiliki kelebihan dibandingkan Singapura karena terdapat kawasan suku Badui.

Selama ini, kata Kusaeni, konservasi Badui belum dimanfaatkan untuk kepentingan wisata sebagaimana kawasan Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Manchu Pichu Peru.

Membangun wisata sejarah Badui menjadi objek wisata dunia bukan mengada-ada. Ini bisa dikaitkan dengan konsep konservasi Jembatan Selat Sunda (JSS).

Kalau di Lampung dibangun kawasan konservasi Tambling, maka kita bisa minta konsesi kepada pengembangan JJS untuk membangunkan konservasi Badui.

"Saya kenal baik dengan penggagas JJS, saya bisa bantu sambungin untuk menyampaikan gagasan ini," katanya.

Menurut Kusaeni, semuanya berawal dari mimpi dan impian itulah yang diihtiarkan jadi kenyataan. Kita harus berani bermimpi, dan mimpi harus besar.

Jangan setengah-setengah. Kalau saja Wright bersaudara tidak bermimpi bahwa manusia bisa terbang seperti burung, tidak mungkin kita menemukan pesawat terbang.

Kalau saja raja-raja Majapahit tidak bermimpi memiliki sebuah monumen yang menjadi warisan mereka, maka tidak mungkin ada Candi Borobudur.

"Bermimpilah untuk segala kebaikan untuk Lebak, maka itu akan terjadi. Man jada wajadda," katanya.

Ia menyebutkan, untuk semua itu bisa terjadi, kuncinya adalah pendidikan. Contohlah Jepang.

Ketika bom atom menghancurkan Hirosima dan Nagasaki, pertanyaan pertama Kaisar Jepang adalah: "Berapa banyak guru yang selamat, berapa banyak sekolah yang tidak hancur"?

Itu suatu bukti, bahwa kaisar ingin membangun kembali Jepang dari kehancuran melalui pendidikan.

Dan dalam waktu singkat Jepang berhasil bangkit kembali.

"Kami memberikan apresiasi terhadap Dinas Pendidikan Lebak dengan membuka sekolah-sekolah baru untuk meningkatkan sumber daya manusia," demikian Kusaeni.

-

Arsip Blog

Recent Posts