London, Inggris - ARTiUK bekerja sama dengan Pusat Studi Asia Tenggara (CSEAS) SOAS University of London dan KBRI London- kembali akan menggelar Indonesia Kontemporer (IKON) 2014 di Kampus SOAS, Russel Square di pusat kota London, Sabtu.
Pendiri ARTiUK, Felicia Nayoan Siregar kepada Antara London, Kamis mengatakan festival sehari seni dan budaya Indonesia digelar di London, menyusul keberhasilan penyelenggaraan festival serupa pada tahun tahun sebelumnya.
Festival sehari penuh yang menampilkan beragam kegiatan ini merupakan kesempatan bagi pengunjung menikmati makanan Indonesia serta menyaksikan seni dan budaya Indonesia sebagai inspirasi panggung global.
Felicia Nayoan Siregar mengatakan Indonesia Kontemporer tahun ini bertema wayang.
Pasangan suami istri campuran Inggris-Indonesia, Anna Ingleby and Haviel Perdana - di bawah naungan Teater Indigo Moon- menampilkan wayang golek berjudul The Worm that Squirmed.
Saat tampil di IKON 2012 lalu, banyak pengunjung tidak dapat menonton karena ruangan penuh dan tahun ini akan ada dua pertunjukan wayang yang diikuti dengan workshop membuat wayang.
Sementara itu, murid-murid Sekolah Internasional ISL Surrey akan memajang karya seni mereka terinspirasi oleh wayang Indonesia.
Kerja sama ARTiUK dengan Anglo Indonesian Society menghadirkan diskusi tentang wayang dengan pembicara Prof Matthew Isaac Cohen dari Royal Holloway University dan Dr Alessandra Lopez y Royo dari SOAS University.
Dikatakannya tidak ada wayang tanpa gamelan. Untuk itu IKON 2014 akan diramaikan beberapa kelompok gamelan London seperti Lila Cita yang memainkan Semar Pegulingan dan Segara Madu yang memainkan Gender Wayang.
Kelompok gamelan kontemporer menampilkan pemain campuran warga Inggris dan Indonesia dari beragam usia termasuk Jagat Gamelan yang berkolaborasi dengan Margaret Coldiron, penari topeng yang pernah tinggal di Bali- serta penyanyi Gita Gutawa yang sedang belajar di Inggris Raya.
Paket wayang di IKON 2014 diperkaya dengan pemutaran film Unmasked, karya sutradara muda Mayang Irsan.
Kekayaan budaya Indonesia juga akan tercerminkan dengan kehadiran PPI London melalui Tarian Saman yang ditetapkan UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage serta kelompok penari Papua yang akan menemani Gita Gutawa menyanyikan beberapa lagu dari album terbarunya.
Duet Luke Green dan Peretta Anggerek akan mentransformasi lagu-lagu Indonesia menjadi kemasan musik klasik.
Mantan wartawan Reuters yang kini menjadi penulis buku, Elizabeth Pisani, akan berbagi cerita tentang pengalaman yang menginspirasi bukunya Indonesia etc.
Seperti tertulis dalam salah satu resensi: Dia menyantap anjing untuk makan malam, minum teh bersama orang mati dan berdebat dengan politisi tentang korupsi dan kemalasan.
Sedangkan Barbara Bisco, novelis tamatan Harvard University dan Cornell University, juga akan memperkenalkan novelnya yang berlatar belakang Yogyakarta, Tiger With Human Soul.
Dalam acara IKON juga digelar festival film mini diantaranya akan diputar film Tales of Waria, tentang komunitas transgender di Indonesia dan film Untuk Rena, yang bercerita tentang anak-anak di rumah yatim.
Festval Indonesia juga akan menyajikan bazar kuliner dengan warung makanan dari berbagai wilayah Indonesia disamping batik dan aneka kerajinan tangan dan buku yang dijajahkan di ruang pameran Brunei Gallery Suite.
Disainer muda Tiana Hannaford akan mengelar peragaan busana Batik. Keindahan Indonesia dibuktikan dalam pameran foto antara lain karya Nina Flynn, dengan tema Island Hopping.
IKON 2014 akan ditutup dengan pagelaran music dangdut dimana pengunjung boleh naik panggung untuk ikut berjoget.
Festival gratis tersebut antara lain disponsori Garuda Indonesia, yang membuka kembali rute penerbangan Jakarta-London pada awal September tahun ini.
Indonesia Kontemporer bukan hanya memperkenalkan seni dan budaya Indonesia ke khalayak yang lebih luas di Inggris, tapi juga merayakan keikutsertaan dunia internasional dalam pengayaan seni dan budaya Indonesia, demikian Felicia Nayoan Siregar.