Yogyakarta - Setelah vakum enam tahun, Festival Budaya Kotagede (FBK) bangkit kembali dengan berbagai kegiatan menarik untuk melestarikan pusaka (budaya) Kotagede mulai 10 hingga 12 Oktober 2014. FBK 2014 yang digelar sebagai ajang promosi potensi budaya Kotagede ini bertujuan untuk mengembangkan karakter bangsa sekaligus menyejahterakan masyarakatnya.
FBK ini digagas Forum Joglo bersana OPKP sekawasan Kotagede didukung Pemda DIY, Pemkota Yogyakarta serta Pemkab Bantul dari tahapan pra-FBK berupa workshop, lomba-lomba, pentas seni di masing-masing OPKP kelurahan. Puncak FBK akan dimeriahkan Dialog Budaya, Jelajah Pusaka Kotagede, peragaan busana dan kirab budaya.
"FBK merupakan agenda tahunan yang digelar untuk mempromosikan potensi Kotagede, tidak hanya kerajinan peraknya semata. Setelah vakum sejak gempa bumi 2006 lalu, kini FBK kembali muncul dengan sentuhan baru tanpa mengurangi tujuan awal mempromosikan dan melestarikan budaya Kotagede," ujar Ketua Panitia FBK 2014, Eddy Prasetyo di Auka Dinas Pariwisata DIY, Rabu (08/10/2014).
Eddy menuturkan perbedaan penyelenggaraan FBK 2014 ini yaitu dengan kirab budaya 'Arak-arakan Alegoris Lintasan Sejarah Puncak-puncak capaian Mataram' pada Minggu (12/10/2014) pukul 15.00 WIB lebih panjang dengan melibatkan 1.200 peserta. Kirab budaya akan dimulai di Lapangan Karang dan berakhir di Lapangan Parkir Singosaren. Sebelumnya pukul 06.00 WIB diadakan Jelajah Pusaka Kotagede mulai dari HS Silver yang akan melalui kawasan 'Catur Gatra Tunggal' yaitu masjid, kraton, alun-alun dan pasar Kotagede.
Ada yang menarik lagi tahun ini ditambilkan Bregada Reges yang semuanya perempuan berjumlah 20 orang. Masih ada peragaan busana di sepanjang jalan kemasan yang menampulkan busana-busana Jawa Modifikasi pukul 14.00 WIB pada Minggu (12/10/2014).
Ketua APPMI DIY, Lia Mustafa menambahkan perancang busana juga tidak ketinggalan berpartisipasi menyemarakan FBK tersebut dengan menggelar 'Fashon on The Street' bertema 'Conclusion Mataram to Kotagede'. Lima desainer lainnya yang terlibat yaitu Naresh Klamb, Novita Klamb, Amel Klamb, Nanik Klamb dan Alin Klamb.
"Keberadaan batik Yogyakarta tidak terlepas dari sejarah berdirinya kerajaan Mataram Islam yang hingga kini terus dikembangkan dan menjadi inspiransi bagi perancang busana. Selain itu, sejarah kerajinan perak Kotagede ini menjadi bagian yang tidak telepaskan dari FBK ini, sehingga sentral peragaan busana berada di pusat Kemasan Kotagede nantinya," imbuh Lia.
Sumber: http://krjogja.com