Banyuwangi, Jatim - Banyak cara di lakukan manusia untuk mengucapkan syukur atas rezeki yang diberikan Tuhan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa timur. Mereka menggelar ritual Tari Seblang, Minggu (12/10/2014) malam.
Masyarakat Using sebagai suku asli Kabupaten Banyuwangi mempercayai Seblang merupakan singkatan dari "Sebele Ilang" atau "sialnya hilang". Selain di Desa Bakungan, tarian Seblang juga digelar di Desa Oleh Sari yang juga berada di wilayah Kecamatan Glagah.
Yang membedakan adalah waktu pelaksanaan dan yang menarikannya. Tari Seblang di Desa Oleh Sari dibawakan oleh perempuan muda dan dilaksanakan selama 7 hari berturut-turut setelah hari Raya Idul Fitri. Sedangkan di Desa Bakungan, ritual Tari Seblang digelar satu minggu setelah Hari Raya Idul Adha dan dibawakan oleh penari yang usianya uzur dan dilakukan semalam suntuk di Balai Desa Bakungan.
Upacara ritual Tari Seblang Bakungan diawali dengan berziarah ke makam leluhur desa, Buyut Witri dengan membawa berbagai macam perlengkapan. Mereka juga mengambil air dari sumber mata air di lingkungan Watu Ulo. Nantinya air tersebut dipercikkan di sudut-sudut desa.
Setelah itu mereka menyiapkan syarat untuk ritual Tari Seblang yang terdiri dari ketan sabrang, ketan wingko, tumpeng, kinangan, bunga 500 biji, tumpeng takir, boneka, pecut dan kelapa yang menjadi perlambang kejujuran.
Setelah magrib, ritual diawali dengan berkeliling desa dengan membawa obor atau dikenal dengan ider bumi. Uniknya saat prosesi ini, semuan listrik di Desa Bakungan dipadamkan dan penerangan hanya didapatkan dari obor yang dibawa warga. Di setiap pojok desa, mereka akan berhenti sambil melafalkan doa-doa keselamatan.
Selanjutnya setelah bunyi kentongan, maka secara serentak masyarakat akan makan bersama dengan keluarga dan pengunjung yang datang ke Desa Bakungan. "Biasanya menunya pecel pithik. Menu ini hanya ada pada saat acara seperti ini. Selamatan ini bentuk rasa syukur atas limpahan rahmat yang diberikan Allah kepada warga Desa Bakungan," jelas Sumarsono, salah satu warga Desa Bakungan kepada Kompas.com, Minggu (12/10/2014).
Menari dalam Keadaan Kesurupan
Setelah selamatan, penari Seblang yang sudah berusia tua yang sudah memasuki masa menopause memasuki Sanggar Seni Bunga Bakung. Tahun ini penari yang terpilih bernama Supani yang masih keturunan dari Ki Saiman, pendiri Desa Bakungan. Nuansa mistis langsung terasa ketika aroma dupa wangi terhirup serta saat mantra serta doa dibacakan.
Tidak menunggu lama, wanita tua tersebut langsung tidak sadarkan diri dan menari dalam keadaan kesurupan. Ada 13 gending yang dibawakan mengiringi penari semalam suntuk, di antaranya gending Seblang Lukinto, Podo Nonton, Ugo-ugo, Kembang Gading dan Seblang Shubuh.
Di antara gending yang dibawakan, ada juga pertunjukan sabung ayam yang menggambarkan perlawanan masyarakat Kerajaan Blambangan melawan penjajah. Termasuk juga kegiatan "adol kembang" atau jual bunga di tengah-tengah tarian ritual Tari Seblang.
Dengan membeli bunga tersebut, masyarakat percaya jika bunga tersebut membawa keberuntungan bagi pembelinya. "Ada untuk percaya mempermudah jodoh, ada yang ditanam di sawah agar hasil panen bagus ada juga ditaruh di tempat uang agar rezekinya bertambah," ujar Herpien, salah satu warga Bakungan yang sengaja membeli bunga untuk ditaruh di rumahnya. "Sebagai tolak bala selain berdoa," sambungnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan apresiasinya atas budaya Seblang yang hingga kini terus terjaga kelestariannya. “Seblang Bakungan ini merupakan salah satu cikal bakal budaya masyarakat Banyuwangi saat ini. Kami sengaja memasukkannya dalam agenda Banyuwangi Festival 2014 agar masyarakat bangga dengan budayanya,” kata Anas.
Bahkan sebagai penghargaan atas budaya seblang itu sendiri, tambah Anas, tahun ini Seblang diangkat sebagai tema Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang digelar pada 22 November mendatang.
Sumber: http://travel.kompas.com