Melbourne, Australia - Festival Makanan dan Dagang Indonesia yang diselenggarakan hari Minggu (19/10/2014) di Box Hill Town Hall, sekitar 20 km dari Melbourne CBD meminta mereka yang berkunjung untuk mengenakan batik.
Tampaknya ini adalah untuk pertama kalinya sebuah festival meminta para pengunjungnya untuk mengenakan busana tertentu.
Festival ini diselenggarakan oleh Perwira, Perhimpunan Warga Indonesia di Victoria, yang setiap tahunnya menyelenggarakan dua festival. Di bulan Mei mereka mengadakan Satay Festival sedangkan bulan Oktober mengadakan Festival Makanan dan Dagang Indonesia.
Batik dinyatakan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh Unesco sejak 2 Oktober 2009. Menurut salah seorang panitia penyelenggara Tri W Mardjuki kepada wartawan ABC L. Sastra Wijaya, permintaan agar menggunakan batik ini muncul karena bulan Oktober ini masih merupakan "bulan Batik".
"Kan 2 Oktober lalu adalah hari Batik Nasional. Selama ini kita panita penyelenggara selalu menggunakan batik. Kemarin juga kebetulan bahwa Direktur Dewan Multikultur Victoria Chin Tan menanyakan pakaian apa yang harus dikenakannya hari Minggu. Kita kemudian bilang pakai batik saja, dan sekarang menganjurkan kepada semua yang hadir kalau bisa menggunakan batik." kata Tri Mardjuki.
"Kebetulan juga kan bulan Oktober cuaca sudah mulai hangat, jadi baju batik cocok untuk keluar rumah." tambah Tri Mardjuki.
Festival ini merupakan salah satu festival yang mempromosikan Indonesia yang sudah berlangsung lama di Victoria.
"Saya tidak ingat persis namun sejak saya datang 30 tahun lalu, festival ini sudah ada. Tahun ini, Perwira juga akan merayakan ulang tahun ke-33. Jadi kita akan juga merayakannya karena Perwira dibentuk 1 Oktober." kata Tri Mardjuki lagi.
Berbeda dengan festival lain, untuk masuk ke dalam gedung festival ini pengunjung ditarik bayaran, yaitu orang dewasa 3 dolar (sekitar Rp 30 ribu), sedangkan anak-anak atau pensiunan 2 dolar (Rp 20 ribu). Untuk keluarga 8 dolar untuk dua orang dewasa dan dua anak-anak.
Walau ditarik bayaran, pengunjung seperti yang terlihat di Satay Festival bulan Mei lalu pengunjung yang hadir juga tidak kurang banyaknya dibandingkan festival atau kegiatan multikultur lain yang diselenggarakan tanpa bayar.
Sumber: http://www.tribunnews.com