Ada Kawin Culik dan Kawin Lari di Lombok

Lombok, NTB - Apa beda kawin culik dan kawin lari? Jika datang ke Lombok, coba tanya orang Sasak, suku asli Lombok, maka akan ada kisah panjang tentang proses pernikahan mereka yang membedakannya. Orang Sasak, atau juga kebanyakan masyarakat Lombok, memiliki proses pernikahan menarik, kabur sebelum menikah.

Calon suami akan membawa lari calon istrinya, menyembunyikannya beberapa hari baru menikahinya. Menariknya, proses kabur sebelum menikah ini terdiri dari dua macam: lari bersama atau diculik. Bedanya?

"Kalau kawin lari itu suka sama suka, kalau kawin culik, pihak laki-laki saja yang suka," terang Pemandu di Kampung Adat Sade, Lombok Tengah, Lombok (Rabu, 11/11/2015).

"Kadang sedang jalan pulang, bersama ibunya, bisa dia tiba-tiba ditarik dan diculik, bahkan sampai nangis-nangis," kisah Salem.

Setelah itu pihak pria harus memberitahu keluarganya. Pihak keluarga pria kemudian akan memberitahu pihak keluarga perempuan bahwa anaknya telah diculik atau dibawa lari. Proses pemberitahuan ini beda-beda.

Di daerah Sembalun, Lombok Timur, pihak keluarga melapor ke kepala dusun. Berikutnya kepala dusun yang akan menyampaikan pada pihak keluarga perempuan. Sementara di Kampung Adat Sade, jika yang menikah sesama warga Sade, maka keluarga pria akan memberitahu langsung.

Tetapi jika itu kawin lari, dan sang gadis lari dengan pria dari luar Kampung Adat Sade, maka keluarga pria dan perwakilannya harus menunggu di pintu masuk desa, hingga mendapat izin dari kepala adat.

"Kalau dibawa lari oleh orang dari Jakarta misalnya, biasanya yang menghadap di sini itu perwakilan yang ada di sini saja, seperti teman calon suami juga bisa menghadap," tutur Salem.

Bagi orang Sasak, jika sudah kabur atau terculik, suka tak suka, cinta tak cinta, akan dikawinkan. Kedua pihak keluarga harus menjalani proses berikutnya yakni nyelabar, rebak pepucuk, dan mesajentik. Ketiganya merupakan proses permintaan izin menikah dari keluarga pihak pria ke pihak perempuan yang dapat berlangsung paling lambat tiga hari.

Mengapa harus kabur?

Pemandu freelance Andi Eka Karia mengisahkan sebuah mitos pada KompasTravel. Konon, dulu di Lombok ada seorang raja dengan putri yang sangat cantik. Saking cantiknya, semua pria suka padanya dan berlomba-lomba melamarnya.

Maka sang Raja mendirikan sebuah kamar dengan sistem penjagaan yang sangat ketat. Lalu raja memberi tantangan, "Barangsiapa berhasil menculik putriku, akan kunikahkan dia dengan putriku," terang Eka yang juga penduduk Mataram menirukan suara raja.

Dari situ, pria-pria Lombok memiliki kebanggaan jika berhasil menculik orang yang dicintainya. Maka, jika sudah berhasil terculik, pihak keluarga perempuan harus rela anaknya dinikahkan dengan sang penculik.

"Makanya di sini (Kampung Adat Sade) satu cewek pacarnya bisa sampai delapan, karena tidak ada istilah pacaran atau PDKT, siapa cepat menculik atau mengajak kabur ya jadi," ujar Salem.

Saat KompasTravel masuk ke Bale Tani (salah satu rumah tradisional di Sade), ruang pertama langsung terisi oleh kasur bertingkat tempat orang tua tidur. Kasur ada di sebelah tangga menuju lantai dua. Di lantai dua ada dapur, di sebelahnya terdapat kamar kecil dengan satu kasur dan selimut.

"Kamar kecil di sebelah dapur itu kamar gadis, diletakan paling belakang agar tidak mudah diculik anaknya," jelas Salem.

-

Arsip Blog

Recent Posts