BOGOR - Berdalih tak cocok dengan wanita pemijat di lokasi sebelumnya, TribunnewsBogor.com melanjutkan penelurusan ke lokasi lainnya, masih di daerah Gunungputri, Kabupaten Bogor.
Tidak jauh dari lokasi pertama, ada rumah bercat biru berada di sisi kiri jalan jika dari arah Citereup.
Di tembok rumah terdapat tulisan besar 'Pijat Sehat' yang cukup mencolok.
Kali ini, ruang depan tampak sepi, tak ada orang satu pun.
TribunnewsBogor.com kemudian mengetuk perlahan pintu rumah itu.
Sekali ketukan, pintu terbuka dan alamak, muncul seorang wanita mengenakan daster putih yang agak tipis.
"Iya mas, pijet? Bentar yah," sapanya sambil kembali masuk untuk memanggil teman yang lain.
Sofa lapuk di ruang tamu menjadi ruang tunggu siang itu.
Selang beberapa menit, wanita muda keluar dan menghampiri.
Wanita ini dengan rok mini dan kaus ketat langsung menawarkan tarif pijat di situ.
"Mau pijat mas? Satu jam Rp 150 ribu," kata wanita berusia sekitar 23 tahun itu membuka percakapan.
TribunnewsBogor.com mencoba menawar tarif yang dirasakan cukup mahal itu.
"Biasanya juga segitu kok bang, pijatnya satu jam. Buat 'tambahan' lain kita obrolin sambil mijit saja," rayunya sambil bergaya genit.
Di lokasi pijat sebelumnya, TribunnewsBogor.com ditawari empat wanita sekaligus. Dua remaja berambut panjang menggunakan celana pendek dan baju tank top.
Sedangkan, dua lagi berusia paruh baya menggunakan gunakan kaos ketat dan celana pendek.
Senyum hangat ketika mereka tahu ada tamu yang datang.
"Mau sama yang muda atau tua mas? Disini pelayanannya memuaskan," kata seorang wanita paruh baya mencoba meyakinkan.
Di tempat ini tak ada katalog layaknya pijat refleksi.
Penawaran harga langsung dilakukan dengan pemijat.
Saat itu, harga yang ditawarkan untuk satu jam pijat sebesar Rp 100 ribu.
Harga itu ditentukan pemijat, tak ada lagi tawar menawar.
Lokasi model 'pijat sehat' seperti itu bisa ditemui di daerah Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Tak hanya jasa pijat yang ditawarkan para terapis di tempat pijat refleksi ala rumah kontrakan ini, tapi juga layanan lainnya yang menjadikan lokasi pijat ini cukup plus plus.
Bisnis pijat refleksi dan pengobatan tradisional mulai marak di kawasan industri itu.
Jalan raya yang terbuat dari beton tersebut, merupakan jalur perlintasan utama menuju Gunungputri, maupun ke Citereup.
Kendaraan yang melintas didominasi truk operasional pabrik yang berukuran sangat besar.
Kemacetan rutin terjadi setiap harinya, dari pagi hingga petang.
Puluhan pabrik berjajar di sisi jalan, banyak juga di dalam gangnya.
Tiga blok dari jalan itu, ada ruko kecil berwarna merah muda.
'Pengobatan Tradisional, Pijat dan Urut' itulah tulisan yang terpampang di plang dan kacanya.
Sumber: http://lampung.tribunnews.com